PARTIKELIR (2018)



Cerita dibuka dengan sebuah adegan dimana Adri (Pandji Pragiwaksono) sedang berada di suatu café yang bernuansakan putih dengan sebuah laptop dihadapannya. Dua orang aneh – yang diakhir cerita diceritakan sebagai dua orang detektif yang nggak jelas – kemudian tampak seperti sedang mengejar-ngejar seseorang, yakni Adri. Tak lama kemudian Adri bergegas bersiap -siap untuk melarikan diri kala dua-orang-yang-mengejar-ngejar-dia masuk ke café yang sama. Adri berusaha keluar dari café tersebut secara diam-diam, namun seseorang malah menyapanya sehingga dua-orang-yang-mengejar-ngejar-dia tersebut menjadi tahu keberadaan Adri. Terjadilah adegan aksi di antara bus-bus transjakarta dimana Adri berusaha melarikan diri dari dua orang kunyuk itu dan akhirnya berhasil kabur dengan menyelinap didalam truk terbuka bersama dengan para aktivis islam.
Suatu malam, Adri sedang berkumpul bersama keempat sahabatnya di sebuah warung makan. Disinilah Adri bertemu dengan Jaka (Deva Mahenra) yang merupakan sahabatnya sejak di sekolah dasar yang sama-sama terobsesi untuk menjadi detektif. Mereka bahkan telah melakukan penyelidikan terhadap beberapa kasus di sekolahnya, seperti “Misteri Kue Bihun Beras Merah”, “Misteri Kepala Gesper yang Hilang” dan “Misteri Celana Yang Menyumbat Toilet”. Namun konon katanya, Adri dan Jaka terpisah semenjak kuliah. Selama pertemuan ini, Adri yang masih berusaha mewujudkan cita-citanya dengan bekerja sebagai detektif swasta bernama Partikelir ini berusaha bersikap terbuka kepada Jaka. Namun, Jaka yang kini bekerja sebagai pengacara di sebuah firma hukum tampak menghindari Adri.
Suatu hari, Adri menerima pekerjaan dari seorang gadis cantik bernama Tiara (Aurielie Moeremans) yang menduga ayahnya melakukan perselingkuhan. Di awal penyelidikan, Adri mendengar adegan suatu tembakan di sebuah rumah dan mengira bahwa ayah Tiara tertembak. Namun sebelum adegan tembakan tersebut, Adri sempat mendengar bahwa ayah Tiara sempat membicarakan soal Ranjau. 


Berbekal bantuan seorang informan sakaw yang diperankan oleh Dodit Mulyadi, belakangan diketahui bahwa Ranjau adalah narkoba jenis baru. Hal ini yang membuat Adri terjebak pada kasus yang serius sehingga membuatnya untuk meminta pertolongan kepada Jaka. Jaka pun dikelilingi oleh kebimbangan, antara menolong Adri dengan mengikuti hasratnya untuk kembali menjadi detektif atau tetap dengan kehidupan mainstream­-nya. Apakah Jaka dan Adri berhasil memecahkan kasus ini?

HIGHLIGHT

Partikelir merupakan karya pertama Komika Pandji Pragiwaksono, menyusul jejak kedua sahabatnya yakni Raditya Dika dan Ernest Prakasa yang sebelumnya telah berhasil menyutradarai filmnya sendiri. Film pertama yang ditulis, dimainkan, dan disutradarai langsung oleh Pandji ini didukung oleh banyak (sekali) peran dukung atau cameo, seperti Lala Karmela, Ardit Erwanda, Luna Maya, Agung Harcules, Luna Maya, Agung Harcules, David Saragih, Gading Marten, Farah Queen, Jarwo Kuat,Tio Pakusadewo, Valland Volt, dan banyak lagi. Sangking begitu banyaknya, banyak dari mereka hanya tampak seperti numpang lewat.
Film yang katanya merupakan film bergenre buddy cop pertama di Indonesia ini menurut saya hanya sebuah film aksi komedi biasa, tidak lebih. Bahkan jujur saja, sebagai film komedi, film ini hanya berhasil beberapa kali membuat saya tertawa. Selebihnya, saya hanya ikut-ikutan ketika penonton lain tertawa meski pun saya sendiri bingung, apakah itu memang lucu atau selera humor saya yang terlalu tinggi. Tapi untuk sebuah film yang disutradarai oleh seorang komika cerdas seperti Pandji, it's totally receh banget, garing. Sementara sebagai film aksi pun, tidak ada adegan yang begitu mengagumkan di film ini. Bahkan ketika sang jagoan silat yang dihadirkan di film ini - yang di dalam cerita selalu diberi backsound lagu lawas - berkelahi, ia bisa mengalahkan musuh-musuhnya dengan begitu mudahnya.
Selain itu, tidak sedikit adegan nggak penting yang diberikan pada film dengan durasi 97 menit ini berlangsung. Bahkan menurut saya, ada beberapa adegan yang jika dihapus pun, tidak akan mengubah inti dari cerita. Tidak ada yang istimewa dalam film ini, baik dari segi alur ceria atau yang lainnya. 
Meski pun hasilnya tidak fantastik, sudah sewajarnya kita tetap mendukung per-film-an Indonesia. Jadi, jika kamu memiliki waktu luang yang berlebih, tidak ada salahnya untuk menghabiskan waktu dengan menonton film ini. Saya sendiri merasa tidak rugi telah menonton film ini, karena (1) saya bisa menghilangkan jenuh saya sejenak karena terlalu banyak mendem di kos dan (2) saya dibayarin Ana. Thanks Ana!

Comments

  1. aku belum nonton ini sih. tapi waktu nonton SUCI 8 yang tim Pakde Indro dan di situ Pandji terang-terangan bahwa filmnya gagal, aku jadi bisa relate kenapa kok gagal setelah baca ini :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yah, aku malah nggak nonton tuh SUCI 8. Semoga saja kedepannya lagi Pandji bisa membuat film yang lebih baik lagi ya.

      Delete

Post a Comment