Philosophy of Perosotan

Setiap anak pasti punya mainan favorit. Saat kecil, perosotan merupakan salah satu mainan favorit aku. Perosotan merupakan mainan wajib sebelum dan setelah aku masuk kelas di Taman Kanak-Kanak. Dulu pernah saat pulang sekolah, aku menunggu ibuku menjemput dengan bermain perosotan sambil menggendong tas ransel-koperku yang berwarna hijau dan bergambar pooh, setelah berkali-kali menaiki perosotan, entah kenapa tiba-tiba bunyi ‘crek’ dari rokku, dan ternyata rokku tersangkut di paku yang terdapat pada perosotan yang menyebabkan rokku robek, sehingga aku tiba-tiba harus menghentikan permainanku sambil menutupi rokku yang robek. Hihi. Ngomong-ngomong kalau mainan favorit kamu apa?


Beberapa bulan belakangan ini aku harus kembali dekat bersama perosotan, sehubungan dengan tugas dan kewajibanku yang sekarang menjabat sebagai seorang tante, yang harus menemani keponakannya untuk bermain. Dalam seminggu mungkin ada 1 - 3 kali aku harus berhadapan dengan perosotan, malu sih enggak, capek sih iya maklum udah tua. Hehe.



Perosotan terbagi atas tiga bagian, yang pertama adalah sebuah tangga, kedua adalah sebuah lonjokan yang berupa tumpuan sebelum merosot atau turun ke bawah, dan ketiga adalah sebuah turunan yang licin. Aku yakin, kalian pasti tau itu semua, kecuali kalau kalian tinggal di planet lain bersama alien.



Dibalik setiap benda, setiap hal, setiap bagian tubuh pasti memiliki filosofi. Dalam hal ini termasuk juga sebuah perosotan. Saya yakin kalian semua pasti pernah menaiki perosotan. Saya yakin kalian pasti pernah merasakan betapa lelahnya harus menaiki sebuah tangga demi kebahagiaan saat menuruni tangga. Dan itulah hidup.



Ingat nggak waktu naik perosotan? Kita harus berusaha dulu untuk menaiki sebuah tangga dengan berbagai bentuk, tapi bagaimana pun bentuk sebuah tangga, pasti diberikan pegangan untuk tempat kita berpegangan agar tidak jatuh. Begitu juga hidup. Saat kita masih muda, sejak kita bersekolah di sekolah dasar hingga saat kita telah menjadi seorang mahasiswa bahkan seorang pekerja, kita pasti harus berusaha. Mulai dari berusaha belajar dalam mencari ilmu, berusaha dalam menyaingi teman dalam tinggi-tinggian nilai, berusaha tabah saat dimarahin dosen atau guru, hingga berusaha memberikan pelayanan terbaik bagi setiap konsumen. Itu lah yang menggambarkan sebuah tangga dalam kehidupan kita, intinya berusaha. Dan pegangan pada tangga memgambarkan adanya sebuah bekal yang harus kita pegang dalam setiap usaha kita, baik itu restu dan doa dari orang tua, ilmu, ibadah kepada Allah, hingga motivasi yang kuat dalam mencapai tujuan. Dan bekal itu berfungsi agar kita tidak tersesat saat berusaha, agar kita tidak terpengaruh terhadap jalan-jalan yang salah, agar kita tetap dapat memilih jalan yang benar saat kita sedang berusaha, agar kita dapat tetap memilih belajar disaat teman-teman yang lain lebih memilih untuk bermain, agar kita dapat tetap memilih untuk bekerja keras dan menjadi produktif disaat orang-orang lain lebih senang untuk berbelanja.



Saat kita menaiki tangga dengan berpegangan tangan menggambarkan setiap langkah usaha kita dalam mencapai tujuan (kesuksesan dan kebahagiaan) dengan disertai dengan bekal-bekal agar kita tetap berjalan di jalan yang benar yaitu di jalan Allah yang berupa perilaku rajin belajar, bekerja keras, dan pantang menyerah. Namun saat kita menaiki tangga tanpa berpegangan tangan dapat menyebabkan kita akan beresiko untuk terjatuh, hal ini menggambarkan apabila setiap langkah usaha kita tanpa di sertai dengan bekal maka kita akan berisiko untuk berjalan di jalan yang salah berupa pergaulan yang salah, malas belajar dan bekerja, serta putus asa.



Lonjakan merupakan bagian tertinggi dari sebuah perosotan. Pasti saat kita berada di lonjakan, kita merasa lega. Bener nggak? Ya karena setelah kita menaiki tangga dengan lelahnya, akhirnya kita berada di tempat paling atas yang merupakan puncak dari perosotan. Nah lonjakan ini menggambarkan kesuksesan kita setelah usaha-usaha yang telah kita lakukan sebelumnya. Setelah kita melakukan usaha-usaha, akhirnya kita meraih tempat yang paling tinggi yaitu kesuksesan. Pasti seneng dong kalau sukses? Iya dong.



Dan bagian terakhir dari perosotan yang merupakan bagian yang paling ditunggu-tunggu adalah turunan dari perosotan. Turunan ini menggambarkan usia tua kita nanti yang membahagiakan. Pasti pada seneng dong kalau kita sudah capek naik tangga, kemudian kita mencapai lonjakan, dan akhirnya bisa meluncur dengan asiknya? Nah begitu juga kehidupan. Setelah kita berusaha dengan bekerja keras dan tanpa putus asa, kita akhirnya akan mencapai kesuksesan yang menjulang, dan dengan kesuksesan yang telah kita dapatkan kita dapat menikmati masa-masa tua kita dengan bahagia.



Itulah filosofi dari sebuah perosotan menurutku. Saat masa kanak-kanak, kita dengan semangatnya dan tanpa lelah untuk bermain perosotan. Dan perosotan itu bagaikan alur hidup yang harus kita jalani dengan semangat. Oleh karena itu, mumpung kita masih muda, mumpung kesuksesan masih bisa kita raih, ayo kita berlomba-lomba berusaha dalam mencapai kesuksesan demi masa tua yang bahagia!



Buat teman-teman yang mau share cerita atau filosofi lain tentang perosotan, silakan share di comment box di bawah ya atau bisa mention di @dilafzy. Terima kasih telah meluangkan waktunya unuk baca blog aku!

Comments

Post a Comment