Masih Berani Menyebut Kami Pembantu Dokter?

Sumber : http://static.nursejournal.org/

Apa yang kalian pikirkan jika mendengar kata perawat? Pembantu dokter? Asisten dokter? Profesi yang hanya untuk kalangan menengah kebawah? Kalau kalian berpikir seperti itu, maka tutup mulut kalian dan baca hal-hal dibawah ini. Karena dibawah ini akan nunjukin ke kamu betapa sulitnya untuk menjadi mahasiswa keperawatan.

1. Biaya kuliah yang mahal
Aku pernah membaca satu artikel yang menulis bahwa perawat itu hanya diminati oleh kalangan menengah kebawah. Ada pula salah satu teman pernah berkata bahwa menjadi perawat itu adalah pilihan terakhir. Oke, I will let you know that to be a nurse isn’t cheap. Aku menghabiskan lebih dari 30 juta hanya untuk mendapatkan ijazah D-III Keperawatan. Dan aku membutuhkan biaya lebih dari 40 juta untuk melanjutkan pendidikanku dari D-III ke S-1 Keperawatan. Padahal aku sudah berusaha untuk kuliah di Perguruan Tinggi Negeri yang katanya lebih murah. Bahkan biaya pendidikan keperawatanku lebih mahal jika dibandingkan dengan biaya pendidikan kakak-ku yang mengambil S-1 Manajemen Ekonomi. Masih berani mikir kalau perawat itu hanya untuk kalangan menengah kebawah?

2. Mata Kuliah yang banyak
Aku harus melewati 116 SKS dan mempelajari 48 mata kuliah untuk menjadi seorang ahli madya keperawatan. Mata kuliahnya pun bukan main, dari pelajaran umum hingga ilmu kedokteran. Ada agama, kewarganegaraan, bahasa indonesia, bahasa inggris, anatomi dan fisiologi, fisika dan biologi, psikologi, biokimia, kebutuhan dasar manusia, mikrobiologi dan patasitologi, etika keperawatan, farmakologi, ilmu gizi, sosiologi, patologi, keperawatan medikal bedah, dokumentasi keperawatan, promosi kesehatan, patofisiologi, kesehatan olahraga dan kesehatan kerja, komputer dan informatika, keperawatan anak, keperawatan maternitas, keperawatan jiwa, riset keperawatan, keperawatan komunitas, home care nursing, kewirausahaan, keperawatan keluarga, keperawatan gerontik, keperawatan kegawatdaruratan, disaser nursing, dan masih banyak lagi.
sumber : https://img.okezone.com/

3. Sulitnya untuk lulus
Untuk lulus menjadi perawat itu nggak mudah. Banyak cobaan dan tantangan. Harus ngerasain dulu rasanya jatuh bangun, apalagi di tahun terakhir. Dulu waktu aku berada di semester terakhir D-III, kerasa banget capeknya. Harus nyelesaikan riset, menghadapi PKL, Praktek Manajemen Keperawatan, UTA secara berturut-turut. Dan tugas-tugas yang harus dikerjakan pun subhanallah banyak. Belum lagi kalau dapat teman sekelompok yang nggak kooperatif, yang memaksa kamu menyelesaikan tugas sendirian demi kelulusanmu sendiri.

4. Kuliah - Dinas
Di pendidikan advokasi keperawatan, kami memakai sistem kuliah - dinas. Awal masuk kuliah, kami diharuskan untuk menyelesaikan materi kuliah beserta tugasnya. Setelah UAS, kami diwajibkan untuk turun dinas ke lapangan berserta tugasnya (lagi) dan responsinya. Dan ini terus berulang-ulang di setiap semester. Bahkan kemarin kami sempat sekitar 2 - 3 semester, angkatan kami diwajibkan untuk dinas tiga jam setiap hari sebelum kuliah. Seperti zaman SPK supaya mahasiswa lebih terampil, kata dosenku. Dari jam 07.00 sampai jam 10.00, kami diwajibkan untuk dinas di Rumah Sakit. Kemudian setelah jam 10.00, kami kembali ke kampus untuk kuliah sampai sore. Kebayang dong gimana capeknya? Yawn. Dan hal ini sempat membuat aku berpikir kalau aku sudah kehilangan masa mudaku. Hihi..

5. Belajar Disiplin
Di D-III Keperawatan kami benar-benar dibimbing oleh para dosen. Dan memang ada beberapa dosen tertentu yang emang benar-benar tegas sama mahasiswanya. Nggak bawa buku, nggak boleh ikut kuliah. Artibut seragam nggak lengkap, disuruh keluar. Nggak hadir upacara hari Senin, disuruh upacara sendiri siang bolong.

6. OSCE
OSCE biasanya diadakan setelah UAS, sebelum dinas. OSCE ini semacam ujian praktik. Kami disuruh untuk melakukan tindakan di depan dosen, dengan teknik dan SOP yang tepat. OSCE ini pun dibagi beberapa stase serta diberi batas waktu untuk setiap stase-nya. Ruangan yang dingin, diperhatiin dosen, takut salah teknik, takut lupa SOP, harus bicara terapeutik, waktu yang dibatasi, bener-bener what a day deh kalau udah waktunya OSCE.

7. Say good bye untuk tidur nyenyak
Memutuskan untuk menjadi mahasiswa keperawatan artinya kamu siap untuk merusak pola tidurmu. Harus dinas shif-shifan, pagi - sore - malam. Belum lagi tugasnya yang banyak banget. Nggak tidur berhari-hari rasanya sudah jadi makanan sehari-hari.

Jadi mahasiswa keperawatan itu nggak mudah. Oke, aku revisi, jadi mahasiswa-di-jurusan-apa-pun-itu emang nggak gampang. Oleh karena itu, ada baiknya untuk tidak merendahkan suatu profesi di atas profesi yang lainnya. Terutama untuk perawat dan dokter.
Perawat dan dokter merupakan dua profesi yang berbeda, namun kami bermitra dalam pekerjaan bersama-sama dengan ahli gizi, fisioterapis, apoteker, dan profesi kesehatan lainnya. Kami semua saling berkolaborasi demi kepentingan kesehatan pasien. Nggak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Namun sayang, masyarakat masih saja memendang bahwa perawat itu berada di bawah dokter.
Perawat dan dokter itu berbeda. Dalam memberikan asuhan kepada klien, perawat memberikan asuhan keperawatan sedangkan dokter memberikan asuhan kedokteran. Dalam mendiagnosa klien, perawat menggunakan diagnosa keperawatan sedangkan dokter menggunakan diagnosa medis. Dalam penanganan klien, dokter fokus pada penanganan penyakit sedangkan perawat fokus pada penanganan respon klien.
Jadi kalau kalian masih mikir bahwa perawat itu pembantu dokter, sini kuliah di keperawatan dulu. Jangan asal nyablak aja. Buat apa kami capek-capek kuliah kalau cuma untuk jadi pembantunya dokter. Dan lain kali, mulailah menghargai setiap profesi apa pun itu.

sumber : http://s.kaskus.id/

Comments

  1. Bagus artikelnya nih Dil buat yang masih awam sama pekerjaan perawat. Ntar2 kalo ada keluargaku yang mau jd perawat kutunjukin ini aja dah haha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha iya nih efek sering direndah-rendahin sama orang :D

      Delete

Post a Comment