Pantai Siring Kemuning

sumber : http://img12.deviantart.net/
Tahun ini adalah tahun perantauanku yang pertama. Dan merupakan kali pertamaku ngerayain Idul Adha tanpa keluarga. So far, Idul Adha emang nggak semeriah Idul Fitri, paling kami sekeluarga pada ngumpul-ngumpul di rumah Nenek, tapi ternyata hal sepele itu juga bikin kangen cuy. Idul Adha tahun ini pas banget jatuh di hari Kamis. Hari dimana nanggung banget kalau hari Jumat harus masuk kuliah lagi. Alhasil teman-teman di kelas pada muter otak supaya hari Jumat-nya nggak bakal ada kuliah yang masuk. Dan rencana berhasil. Kita libur dari hari Kamis - Minggu, libur empat hari yang bagi anak kos yang jauh dari keluarga adalah liburan yang panjaaaaaaaaaaang banget. Beberapa teman-teman dengan semangat memutuskan untuk pulang, dan aku memilih untuk tetap stay di Surabaya. Bukan karena aku betah. Bukan juga karena aku udah punya pacar disini. Tapi karena biaya, waktu, dan tenaga yang dibutuhkan dalam perjalanan nggak sebanding dengan lamanya liburan. Dan ini lah beberapa kegiatanku saat Idul Adha bareng teman-teman perantauan yang senasip karena memilih buat nggak pulang *agak sok ngartis*

Malam Takbiran
Sore sebelum malam takbiran, aku diajak sama Ana, Mbak Rihma, dan mas Hardi buat bukber. Daripada aku sendirian di kos di malam takbiran, akhirnya aku memilih buat join. Kami berangkat selepas Magrib dan nyempetin buat batalin puasa dengan segelas air putih. Kami memutuskan buat makan di Kedai Sabindo. Dengan PD-nya kami berangkat dengan berbekal Google Maps. Tapi ditengah perjalanan aku baru sadar kalau lokasi yang dituju di Google Maps itu mengarah ke arah Sidoarjo yang notabene-nya jauh gila. Akhirnya kami memutuskan untuk mutar arah menuju Grand City Mall yang katanya ada Kedai Sabindo di dalamnya. Lagi-lagi dengan berbekal Google Maps, kami sampai di Grand City Mall melalui jalan yang gila-jauh-banget. Sesampainya di Grand City Mall, kami menerka-nerka dimana lokasi Kedai Sabindo berada, sampai akhirnya kami lelah dan menyerah serta memutuskan untuk bertanya kepada Mr. Satpam. Dan ternyata Kedai Sabindo nggak ada di Grand City Mall. Hening. Akhirnya kami pun memutuskan untuk makan apa yang ada dijual disana. Selepas makan di Grand City Mall, kami melanjutkan buat nongkrong di angkringan Kampus B Unair. Tempat ini adalah salah satu tempat nongkrong langganan kalau lagi pengen ngumpul, biasanya sih kalau ngumpul juga cuma sekedar minum kopi sambil main kartu. Mereka main kartu, aku enggak, aku polos, aku anak baik-baik, makanya nikahi aku aja bang #eh.

Hari Idul Adha
Pagi ini aku, Anna, mas Bayu dan mbak Rihma berencana buat shalat Idul Adha di Pakuwon. Alasannya karena masjid di Pakuwon keliatannya bagus. Muehehehe. Tapi ternyata kenyataannya berkata lain, karena mayoritas shalat dilaksanakan jam 05.30, dan kami baru sampai di kosannya mbak Rihma jam 5 lebih banyak, akhirnya kami memutuskan buat shalat di mesjid dekat kosan-nya mbak Rihma.



Sepulang dari shalat, perut kami mulai kelaparan minta makan, akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke asrama pria buat nyari makanan gretong. Sesampainya kami di asrama kami bergabung bersama mas Eko, mas Gilang, mas Zuhud, Bang Jali, dan disusul oleh mas Hardiansyah, mas Huda, dan mas Robby. Asrama pria ini emang nyaman banget, ada mushola, ada toilet, ada kantin, ada bilyard, komplit deh. Makanya kami betah banget nongkrong disana dari habis shalat Idul Adha sampe shalat Dzuhur.


Selepas shalat dzuhur, aku ditemani mas Bayu pergi ke Wonokromo untuk bersilaturahmi dengan keluargaku disini. Habis itu kita pergi jalan-jalan ke Royal Plaza hanya buat nyari Dochi. Karena kebetulan beberapa hari belakangan ini ngidam banget sumpah sama Dochi rasa BBQ.

H+1 Idul Adha
Dipagi hari H+1 Idul Adha yang cerah, aku melewatinya dengan menghabiskan gosokanku yang sudah menumpuk di kamar. Hingga selepas Dzuhur, aku pergi ke kampus buat ngerjain PKM yang sumpah-malesin-banget. Hingga sorenya aku diajak Anna, mas Robby dan mas Hardiansyah buat jalan-jalan ke Malang. Coba bayangkan, tugas lagi banyak, kondisi lagi akhir bulan, masih ada libur dua hari lagi, terus diajak jalan ke Malang. Siapa coba yang tahan godaan seperti itu? Tapi untungnya acaranya entah kenapa batal. Malamnya aku dan Anna pergi buat makan terang bulan, lagi-lagi kami ditemani oleh mas Bayu, serta disusul oleh mas Leo. Ditengah perbincangan kami yang sambil mencoba googling tempat wisata alam yang bisa dikunjungi, dan kami akhirnya memutuskan untuk pergi ke Pantai di Madura besok. Yeeeeey!

H+2 Idul Adha
Hari ini kami sudah planning ke Pantai Siring Kemuning di Madura. Kami berangkat dari jam 7 kurang, padahal janjiannya jam 6. Hehe maklum. Kami berangkat dengan berbekal petunjuk dari om Google Maps. Kami berjalan selama 2,5 jam, melewati gunung, lembah, serta samudera. Aela lebay. Sekitar jam setengah 10 kami sampai di Pantai Siring Kemuning dengan kondisi behamburan. Petunjuk jalan yang dikasih om Google Maps bener-bener bikin kepala, pantat, badan, hancur berkeping-keping. Bahkan sempat buat kami ngerasa bertanya-tanya, “Ini pantai beneran ada nggak sih? Ini jalannya bener nggak sih? Ini google maps lagi ngajak ribut ya?”.
Sesampainya kami di pintu masuk pantai, kami makin ragu. Ini pantai sepi abis, nggak kaya pantai-pantai pada umumnya. Tapi kami tetap kekeuh masuk dan menemukan kenyataan bahwa ini pantai emang sepi gila. Mungkin pengunjungnya itu nggak nyampe 10 orang, dan itu sudah termasuk kami. Kami istirahat di sebuah mungkin warung yang kebetulan lagi nggak dipake sama yang punya. Kami duduk, ngobrol, baring, makan, duduk, ngobrol, baring, guling-guling.
Oh iya, di pantai ini itu cuma ada pedagang yang berjualan pop mie, ciki, air minum, dan rujak. Sejauh mata memandang, nggak ada sama sekali yang jualan es kelapa dan bakso. Bisa kalian bayangkan pantai tanpa es kelapa dan bakso itu apa jadinya? Hampa. Belum lagi ada kejadian dimana aku dan Anna yang kepengen beli rujak (yang awalnya kami kira itu gado-gado), dan ternyata yang jual nggak bisa bahasa Indonesia sama sekali. Bzzzzz. Terjadilah pembicaraan yang memanfaatkan bahasa tubuh dan angguk-mengangguk. Awkward banget deh pokoknya.



Kita berangkat pulang sekitar jam 1-an. Kali ini kami nggak mau percaya lagi sama petunjuk jalan yang dikasih om Google Maps, dan kami memilih untuk berjalan menggunakan feeling. Dan kalian tau? Dengan jalan yang lebih mulus, lebih rame, tanpa menggunakan google maps, kami berhasil sampai lebih cepat dari apa yang dijanjikan om google maps. Sekitar jam 3 kami sudah sampai di Suramadu dan menyempatkan diri buat makan dulu, karena kami belum ada makan nasi dari pagi.
Oh iya, kami sempat berhenti di salah satu Masjid yang belum jadi sempurna tapi punya arsitektur dan pewarnaan yang lumayan cantik, sayang aku sendiri nggak tau nama mesjid itu.



Itulah acara Idul Adha ala-ala anak perantauan Surabaya. Ngomong-ngomong gimana nih acara Idul Adha kamu? Oh iya selamat merayakan Hari Raya Idul Adha ya. Mohon maaf lahir dan batin.

Comments

  1. Mohon maaf lahir dan batin juga :) Bagus banget itu mesjidnya Dil.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, widu. Mohon maaf lahir dan batin juga ya :) Iya wid, masjidnya kecil tapi cantik kaya kamu~

      Delete

Post a Comment