Tentang Mimpi

Sumber : http://data.whicdn.com/
Waktu kecil, nggak pernah terpikir olehku untuk memiliki cita-cita. Aku masih terlalu kecil, masih pengen main, lagipula aku masih belum tau apa bakat dan minatku, biar waktu yang menjawab akan menjadi apa aku kelak, pikirku saat itu. Dulu di TV selalu menayangkan cerita atau lagu-lagu yang menunjukkan bahwa dokter adalah cita-cita yang ideal. Oleh karena itu, setiap ada orang yang bertanya apa cita-citaku, maka bakal menjawab dokter. Padahal aku nggak pernah tertarik terhadap dunia kedokteran.
Semenjak duduk di bangku SMP, Matematika adalah pelajaran kesukaanku. Karena pelajaran ini tidak butuh penghapalan, hanya pengertian – seperti wanita. Oleh karena itu aku bermimpi untuk menjadi seorang guru matematika – seperti Mama. Aku pengen menghabiskan hidupku dengan hal yang aku suka, tekatku saat itu. Meski pun sempat lontang lantung mengejar pelajaran saat SMA, karena program akselerasi, tapi tekatku untuk menjadi guru matematika tidak pernah luntur. Hingga akhirnya aku sampai ke jenjang Universitas. Sempat mengikuti SNMPTN dan lulus di Fkip Matematika Universitas Mulawarman. Aku sangat yakin bahwa mimpiku ini akan terwujud. Aku bahkan mampu membayangkan betapa bahagianya dapat mengajarkan siswa-siswi hal yang kusukai, yaitu matematika.
Jika aku melihat kebelakang, ke masa dimana aku sangat ingin menjadi guru matematika, aku hanya bisa tersenyum. Tuhan punya cerita lain untukku, sebutku. Mimpi yang seserhana itu pun nggak dapat kugenggam. Mimpi untuk menjadi guru matematika harus kukubur demi keinginan orang tuaku menjadikanku seorang perawat. Padahal aku nggak pernah menyukai pelajaran IPA. Tapi aku yakin, Tuhan punya maksud lain.
Meski pun terpaksa menjadi seorang perawat, hal itu tidak menggoyahkan diriku. Aku masih tetap mengikuti semua jalan-Nya. Namun kini aku telah mengubah cita-citaku yang bermula ingin menjadi guru matematika, menjadi dosen keperawatan. Ya, intinya tetap mengajar, walau pun aku tau public speaking dan ingatanku nggak begitu bagus, tapi yang penting mimpi dulu. Langkah demi langkah kujalani, aku terus mengejar mimpi itu. Hingga akhirnya kini aku duduk di bangku fakultas keperawatan Universitas Airlangga untuk mengejar sarjanaku, sebagai langkah dalam mencapai mimpiku.
Kini Usiaku sudah menginjak ke 21 tahun, orang tuaku sudah semakin tua, dan lima tahun lagi mama bakalan pensiun. Itu artinya, segera aku akan menjadi tulang punggung keluargaku ini. Bahkan hal ini kemungkinan terjadi sebelum aku dapat mengejar S2-ku. Karena aku ingin mengejar pengalaman di klinik untuk beberapa tahun sebelum melanjutkan ke pendidikan S2. Apalagi untuk menjadi dosen, syarat minimal pendidikan untuk saat ini adalah S2. Secara logika, hanya ada dua harapan, mencari kesempatan agar dapat mengejar S2 atau hanya puas dengan pendidikan S1 dan menutup mimpi untuk menjadi dosen.
Dalam hidup, manusia hanya bisa seolah-olah berencana. Namun sebenarnya Allah-lah yang punya rencana. Ya, jangan pernah mengabaikan Tuhan dalam setiap kejadian yang terjadi dalam hidup kita. Tidak ada yang kebetulan, bahkan jatuhnya daun pun sudah direncanakan-Nya. Selalu libatkan Tuhan dalam setiap detik hidupmu
Oleh karena itu untuk semua anak-anak Indonesia. Jangan pernah terlambat untuk bermimpi. Rencanakan lah jalan hidup kalian. Percaya lah kalian bisa menjadi apa saja di dunia ini. Menjadi seorang dokter, pilot, tentara, presiden, ketua PBB, agen FBI, guru besar, dan apa pun itu. Jangan pernah menyerah untuk mencapainya, meski susah sekali pun. Dan untuk para ibu di Indonesia, bantu lah anak kalian untuk mulai mencapai mimpinya sedini mungkin. Bantulah mereka mencari bakat dan minat mereka. Namun ingatlah, jika suatu saat mimpi itu tidak tercapai, jangan pernah berkecil hati, percaya saja bahwa Tuhan punya cerita lain yang menarik untukmu. Selamat bermimpi!

Comments