Happy Teacher's Day!

Selamat Hari Guru National, Kakak!

Mama,
Sejak aku kecil hingga sekarang, beliau adalah guruku. Beliau adalah guru kehidupan bagi aku dan kakak-kakakku. Beliau adalah guru sekolah dasar bagi aku dan murid-muridnya. Dulu, sewaktu aku sudah lulus dari TK, beliau membebaskan aku memilih SD mana yang ingin aku sekolahi, awalnya aku berpikir kalau aku ingin satu sekolah dengan teman kecilku, Dede. Tapi kemudian aku berpikir lagi bahwa aku ingin bersekolah dimana aku bisa berada di dekat Mamaku, dimana aku bisa merasa terlindungi di sekolah, lalu aku memilih untuk bersekolah di sekolah beliau bertugas untuk mengajar. Dan benar saja, aku merasa terlindungi disana, nggak ada satu pun yang berani kepadaku baik teman-temanku atau pun kakak kelasku, karena aku adalah anak guru yang bisa dibilang agak garang.
Di kelas 1 SD, beliau adalah wali kelasku. Aku masih sangat ingat, waktu itu beliau meminta kami semua maju secara bergantian untuk bernyanyi di dalam kelas. Waktu itu aku masih sangat pemalu, Ma. Kau memintaku untuk bernyanyi di depan kelas, tapi aku hanya berdiri di depan mereka semua dan diam. Aku malu, Ma. Saat itu aku sangat berharap sebagai seorang Ibu kau akan mengerti kalau anakmu ini malu dan tidak ingin bernyanyi di depan kelas. Tapi kau terus memaksaku, kau tidak mengerti perasaanku, kau tetap memperlakukan aku seolah-olah aku bukan anakmu, hingga akhirnya aku terpaksa bernyanyi Heli si anjing kecil.

"Aku rela pergi, pagi pulang pagi~"
Di kelas 2 SD, beliau pun mengajar di kelasku. Waktu itu entah pelajaran apa, tapi aku mendapatkan nilai ulangan dengan angka nol besar. Saat itu beliau memarahiku di depan teman-temanku karena nilaiku yang jelek, beliau berkata bahwa aku adalah anak yang bikin malu. Maafkan aku Ma, saat itu aku masih sangat kecil, aku nggak mengerti perasaanmu, aku nggak memperdulikan kata-katamu, aku hanya berpikir bahwa aku adalah anak guru dan nilaiku akan tetap aman selama aku bersekolah di tempatmu mengajar.
Saat kelas 1 sampai kelas 4 aku hampir selalu masuk ke dalam 10 besar di sekolah, entah kenapa, aku yakin itu bukan karena otakku. Karena selama 4 tahun aku bersekolah SD, aku jarang belajar dengan serius, aku hanya belajar di pagi sebelum ulangan (sistem kebut sepagian), aku selalu membawa mainanku ke sekolah setiap harinya, mengganggu teman-temanku, dan malas mengejerjakan PR.
Kenaikan kelas 5, SD tempat mamaku mengajar di alihkan menjadi sebuah SMK. Teman-temanku dipindahkan ke sekolah sebelah. Mamaku di pindahkan ke sekolah sebelah sebelahnya lagi. Dan aku di pindahkan Mamaku di sekolah dekat rumahku. Supaya enak berangkat sama pulangnya, kata beliau.
Sayang, kamu jangan mau diajakin pacaran ya sama teman kamu
di sekolah, kecuali di mau beliin kamu mobil.
Pagi itu, beliau mengantarkan aku untuk sekolah di hari pertama sekolah baruku, beliau berkata, "Kamu jangan bikin malu ya. Disana ada teman Ibu. Kamu belajar yang rajin. Jangan main terus". Dan untuk pertama kalinya, aku mulai mendengarkan perintah beliau. Aku ingin memenuhi permintaan beliau untuk tidak membuat malu di hadapan teman-teman beliau.
Aku sudah sampai di sekolah baruku, sekolah dengan ukuran lapangan yang lebih kecil dari sekolahku yang lama, aku lebih suka sekolah lamaku yang luas dan besar karena aku bisa berlarian dengan bebas. Seseorang sudah menungguku di depan kelas, seorang guru lain, sepertinya wali kelasku. Beliau menyambutku dengan senyuman hangat, meraih tanganku, dan membawaku ke kelas baruku. Sepertinya beliau adalah orang baik, terlihat di wajahnya yang berseri. Kemudian aku berbalik, memandang ke arah Mamaku yang mulai melangkah jauh dari tempatku berdiri, pergi ke tempat mengajar yang baru. Tau kah dirimu, Ma? Aku sangat sedih saat kau meninggalkanku sendirian di tempat itu. Aku takut. Aku ingin sekali kau tetap menemaniku bersekolah, seperti biasanya. Tapi kau tetap pergi menjauh, dan aku harus mulai melindungi diriku sendiri.
Hari-hari pertama aku sekolah di sekolah baruku, menyangkan. Semua teman-temanku baik. Tapi tidak kakak kelasku. Aku nggak tau, apa salahku, tapi ada beberapa kakak kelas perempuanku yang sengaja menabrakkan tubuhnya ke tubuhku di saat aku sedang berjalan. Aku takut, Ma. Aku nggak merasa berbuat nakal kepada mereka. Aku bahkan nggak mengenal mereka. Tapi aku memutuskan untuk diam. Menyembunyikan semuanya dibelakangmu. Aku nggak mau kau khawatir. Aku nggak mau dicap sebagai anak pengaduan. Suatu malam, aku mulai nggak tahan, aku mulai menangis diam-diam, aku merasa sangat nggak betah di sekolah baruku, aku ingin kembali ke sekolah lamaku, aku benci kakak kelasku. Kemudian Mama bertanya kepadaku, "Ada apa?". Tapi aku dengan segera menghapus jejak air mata, tersenyum, dan berkata "Nggak apa-apa". Tapi kemudian aku menceritakan semuanya kepada kakakku, Desi. Dia lebih besar dari kakak kelasku yang menggangguku, dia sudah SMP, dan aku harap dia bisa membantuku tanpa memberitahu Mama. Tapi ternyata dia malah mengadu ke Mamaku tentang masalah ini. Keesokan paginya, Mamaku mengantarku ke sekolah, beliau mengajakku untuk bertemu wali kelas dan kepala sekolahku yang baru. Kau menceritakan kepada mereka apa yang kualami di sekolah. Kemudian mereka membawaku ke kelas 6, mereka berkata padaku, "Mana orangnya yang ganggu kamu? Tunjuk aja." tapi aku nggak punya keinginan untuk menunjuknya, Ma. Aku nggak ingin dia masuk dalam masalah. Setelah kejadian itu, kakak kelasku itu nggak pernah menggangguku lagi. Mereka mengecapku sebagai anak pengaduan, tapi aku nggak perduli, Ma. Yang penting mereka sudah nggak menabrakku lagi saat aku berjalan. Terima kasih, Ma.
Di kelas 5 dan 6, aku mulai serius belajar, Ma. Aku pengen nunjukkin ke teman-teman Mama kalau anak Mama ini nggak malu-maluin. Lagi pula di sekolah ini banyak teman-teman yang tinggal di sekitar rumah kita, Ma. Aku nggak ingin aku jadi anak yang bodoh, padahal aku adalah anak guru. Aku nggak pengen buat Mama malu. Dan alhamdulillah, 4 semester berturut-turut, aku bisa ranking 1, Ma. Aku hebatkan, Ma?
Aku selalu ingin jadi sepertimu, seorang guru. Seseorang yang mendidik anak-anak dari orang tua yang lainnya. Aku suka matematika, aku selalu bermimpi untuk menunjukkan ke murid-muridku bahwa matematika itu nggak susah. Tapi aku harus mengubur dalam-dalam mimpiku, Ma. Demi keinginanmu yang ingin menjadikanku seorang perawat, walau pun kau selalu tau aku nggak suka hal-hal yang berbau IPA, Biologi, Kimia, atau yang lainnya. Tapi aku harus menuruti keinginanmu, Ma. Aku ingin membuatmu bahagia.

This's what I used to want to be.
Kau selalu mengajariku berbagai hal. Sejak aku masih SD, aku suka membantumu dan kau selalu mengajariku membuat kue saat lebaran atau pun sekedar cake biasa untuk cemilan sehari-hari. Sejak aku SMP hingga kuliah, aku sering menyusahkanmu, aku selalu memintamu hal-hal yang mendadak, dan kau selalu mengomeliku saat itu. Dan kemudian, kau memintaku untuk belajar tidak menyusahkan orang lain. Aku mematuhimu, Ma. Aku belajar untuk seminimal mungkin meminta bantuan orang lain, agar aku tidak menyusahkan mereka. Aku belajar untuk pergi kemana-mana sendirian, karena aku nggak ingin menyusahkan orang lain untuk menemaniku pergi.
Doakan anakmu ini bisa membahagiakanmu, Ma. Doakan perilakuku ini agar bisa membawamu ke surga. Doakan rezekiku berlimpah agar bisa memenuhi semua keinginanmu. Doakan aku agar aku tidak menyusahkanmu lagi, karena aku nggak mau menambah masalah dan beban yang kau hadapi saat ini. Kau sudah tua, Ma. Tidak seharusnya kau masih memikirkan anak-anakmu yang sudah tumbuh dewasa ini. Maafkan anak-anakmu ini ma yang belum bisa membahagiakanmu.
Semoga Mama tetap sehat agar Mama bisa terus mengajar dengan semangat. Semoga kaki Mama cepat sembuh agar Mama bisa beraktivitas seperti dulu lagi. Semoga Mama selalu bisa mendidik murid-murid Mama agar bisa menghasilkan generasi emas. Selamat hari guru nasional, Mama, guruku tersayang.

Selamat hari guru, guruku!
Thank you for reading, guys. Semoga tulisan ini bermanfaat. By the way, on this Thursday, my friends and I will face a Nursing Competency Exam, so I wanna to ask you to pray for us so that we can face it, easily. Makasih yang udah mendoakan, semoga selalu dimudahkan kehidupannya oleh Allah. Amin.

Comments