Siapa Bilang Perempuan Harus Kerja?

Wanita Super

Pernah nggak sih kamu para cewek-cewek berpikir, apa yang mendorong kamu untuk bekerja? Pernah nggak sih kamu merenungi bahwa kamu adalah seorang wanita yang memiliki tugas utama sebagai ibu rumah tangga, bukan seseorang yang bertanggung jawab mencari nafkah untuk keluarganya? Pernah nggak sih kamu bertanya kepada diri kamu sendiri, kenapa kamu selalu terpikir untuk bekerja setelah kuliah padahal sebenarnya kamu mempunyai seorang wali (bila belum menikah) atau seorang suami (bila sudah menikah) yang bertanggung jawab untuk menafkahi kamu tanpa kamu harus bekerja lagi di luar rumah? Kamu bingung? Aku juga.
Tapi aku selaku orang yang pernah berpikir untuk harus bekerja mungkin punya beberapa jawaban, kenapa para cewek-cewek terpikir untuk bekerja padahal mereka merupakan tanggungan dari kepada keluarga. Mau tau? Sama.
Pertama, cewek pengen puas-puasin hasrat shopping mereka tanpa perlu goda-godain Ayah atau Suami mereka. Kebayang dong bisa beli sepatu seharga 500 ribu, tas seharga 2 juta, lumpia seharga 80 milyar tanpa ada satu orang pun yang ngomel, karena belinya pake uang usaha sendiri cyin. Mungkin bagi sebagian cewek-cewek bakal puas dan bahagia banget dunia-akhirat habis menghamburkan duit dengan membeli barang-barang branded yang fashionable, tapi kalau aku jadi mereka aku bakal stres habis-habisan karena menghabiskan duit yang seharusnya bisa digunain kepada hal yang lebih berguna.

Habis shopping, cyiin. Gajian sekali dalam sebulan,
bahagianya cuma sehari dalam sebulan.
Kedua, sebagai tabungan untuk antisipasi. Cewek yang bekerja untuk mengumpulkan duit hanya untuk tabungan atau uang jaga-jaga merupakan cewek yang patut diacungi jempol dan dicurigai memiliki sedikit waham curiga (becanda, bray!). Mungkin cewek tipe ini memiliki banyak atau sedikit rasa takut, takut tiba-tiba sakit tanpa direncanakan, takut punya suami yang diam-diam pelit, takut suami nikah lagi jadi bisa kabur dari rumah tanpa perlu minta pesangon dulu, dan ketakutan-ketakutan yang lainnya.
Sedia payung sebelum hujan.
Sedia tabungan sebelum ngelamar. Eaaa.
Ketiga, untuk membahagiakan kedua orang tuanya. Ini merupakan alasan yang sangat dasyat, sangat menyentuh, sangat tau diri, dan sangat romantis. Tapi yang aku bingungkan, apa hubungannya seorang cewek yang bekerja dengan kebahagiaan orang tuanya. Oke, mungkin dengan bekerja, orang tua akan merasa tenang karena anak perempuan mereka bisa menafkahi diri mereka sendiri. Mungkin juga dengan bekerja, seorang anak perempuan jadi memiliki uang untuk membantu menafkahi kedua orang tuanya bahkan menghadiahi mereka untuk pergi berhaji (sungguh mulai dirimu, nak!). Tapi kebahagiaan kedua orang tua tidak hanya melalui uang, hadiah, atau jabatan yang tinggi. Coba deh renungkan, jika kamu tua nanti, saat kamu sudah mulai rapuh, apa yang akan kamu pilih, apa kamu akan memilih mempunyai sosok anak perempuan yang memiliki jabatan tinggi sehingga tidak punya waktu untuk mengunjungi kalian atau kamu akan memilih mempunyai sosok anak perempuan yang hanya seorang ibu rumah tanggal namun selalu mengabdikan dirinya untuk merawat kalian? Kalau aku pasti memilih pilihan yang kedua, karena rezeki itu sudah ditentukan oleh Allah tapi kasih sayang dari seorang anak ditentukan dari anak itu sendiri.
Kebahagiaan orang tua itu sederhana, selalu berada
di sampingnya untuk menemaninya melewati masa tua.
Keempat, jaga gengsi dong. Biasanya cewek suka gitu, gede di gengsi. Misalnya lagi kumpul sama teman-teman lama, eh tiba-tiba ngobrol soal karir, minder dong kalau ditanya kerjanya apa tapi cuma bilang “ibu rumah tangga aja kok”. Dear para mother-home-stair (maksudnya ibu rumah tangga. LOL) jangan pernah minder menjabat sebagai ibu rumah tangga karena saya yakin seorang wanita yang mengutamakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga itu lebih mulia.
Gengsi pangkal kepalsuan
Itu adalah beberapa alasan pribadi kenapa para ladies lebih memilih untuk bekerja daripada berdiam diri di rumah, padahal menurut aku nganggur di rumah itu menyenangkan. Hehe. Jujur aja beberapa hari ini aku bingung, aku bingung sendiri dengan pertanyaan yang tiba-tiba muncul di kepalaku ini, pertanyaannya kira-kira begini “Kenapa jarang ada cewek yang berpikir untuk nggak bekerja? Tapi apa yang membuat cewek-cewek nggak bekerja padahal mereka mampu untuk bekerja?”. Setelah ini aku bakal mencoba menjabarkan beberapa perihal tentang wanita, pekerjaan, suami, dan nafkah-menafkahi. Ayo kita cek di bawah ini.
“Dan mereka (para istri) mempunyai hak diberi rizki dan pakaian (nafkah) yang diwajibkan atas kamu sekalian (wahai para suami).” (HR. Muslim 2137)

“Merupakan kewajiban bapak (orang yang mendapatkan anak) untuk memberikan nafkah kepada istrinya dan memberinya pakaian dengan cara yang wajar...” (Q.S. Al-Baqarah:233)

Dear para anak perempuan dan para istri, dari hadist di atas dapat diketahui bahwa para istri dan anak memiliki hak untuk mendapatkan nafkah. Dan para suami wajib untuk memberi nafkah. Itu artinya perempuan nggak harus bekerja karena memang ayah atau suami sudah berkewajiban untuk menafkahi kita. Jadi sudah seharusnya kita hanya ongkang-ongkang di dalam rumah dan membiarkan para lelaki untuk bekerja keras demi membiayai kita.

“Semua nafkah yang engkau berikan, itu bernilai sedekah. Hingga suapan yang engkau ulurkan ke mulut istrimu.” (HR. Bukhari 2742 dan Muslim 1628)

Setiap satu rupiah yang para laki-laki berikan kepada anak atau istrinya merupakan sedekah. Jika seorang perempuan bekerja, lalu merasa kebutuhannya sudah terpenuhi tanpa harus dinafkahi suami, terus suami nafkahi siapa dong? Yakin mau menghambat para suami untuk beribadah dengan cara menafkahimu? Yakin mau menghambat para suami untuk bersedekah? Yakin mau merelakan suami menafkahi yang lain? Amit-amit deh dimadu.
Tapi tenang aja bray, sebenarnya nggak ada yang pernah ngelarang perempuan itu untuk bekerja. Agama yang aku anut sebenarnya tidak melarang perempuan untuk bekerja, hanya saja yang aku tau, agama saya lebih memuliakan perempuan yang tinggal di rumah. Tapi yang terpenting adalah izin wali (orang tua) dan suami. Kalau memang seorang ayah atau suami mengizinkan kita untuk bekerja, maka lebih baik kita bekerja. Namun jika seorang ayah atau suami mengizinkan kita untuk tidak bekerja, maka lebih baik kita tidak bekerja. Tapi yang harus kita ingat adalah dinafkahi adalah hak kita dan merupakan kewajiban dari suami. Kita perempuan boleh bekerja tapi tetap utama kan jabatan kita sebagai ibu rumah tangga. Ohiya, jika perempuan bekerja, gaji kita adalah milik kita, dan suami nggak punya sedikit pun hak atas gaji kita, kecuali atas kerelaan hati kita. Kalau kata pepatah sih ‘hartamu ya hartaku, hartaku ya hartaku’. Hihi.
Inti dari tulisan ini adalah hmmm *berusaha berpikir* nggak ada. Tapi setelah saya berpikir dan berpikir, saya sebagai wanita yang lebih mulia bila berada di dalam rumah menyarankan untuk kamu semua para wanita untuk bekerja di dalam rumah. Sebenarnya banyak pekerjaan yang bisa di jalani di dalam rumah, misalnya sebagai pembantu rumah tangga di rumah sendiri, buka toko di depan rumah, online shop, atau sebagai penulis. Ya, suatu hari nanti aku bermimpi menjadi penulis, aku bakal punya beberapa buku best seller, setiap hari akan ada fans yang nganterin cemilan ke rumahku, dan aku bakal jadi primadona diantara pada pria (yang ini nggak ada hubungannya). Walau pun aku nggak tau sebenarnya blog ini ada yang baca atau enggak, tapi aku harus tetap optimis meski sebenarnya menangis.
Work at home or home work?
Oke cukup sekian, postingan aku kali ini. Kalau kalian ingin share tentang pendapat kalian tentang wanita yang bekerja, silakan share pendapat kalian di comment box di bawah atau mention di twitter aku @dilafzy, please jangan malu-malu. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca (kalau pun ada yang baca). Semoga tulisan ini bisa berguna!

Comments