Tenaga Kesehatan Juga Manusia

Dimodifikasi dari http://mpinfotech.in/

Jumat (20/1) sekitar pukul 00.03 WIB, Gubernur Jambi yakni Zumi Zola, mendadak sidak di RSUD Raden Mattaher. Sang gubernur pun meluapkan emosinya ketika melihat nurse station di salah satu ruangan kosong dan menemukan tenaga kesehatan tertidur. Video dan berita tersebut segera menjadi viral di dunia maya. Komentar pahit dari profesi lain dan masyarakat pun harus diterima dengan lapang dada oleh tenaga kesehatan, terutama perawat. Berikut adalah video ketika Zumi Zola menyidak tenaga kesehatan yang sedang tidur yang saya ambil dari akun youtube Wawan Novianto.


Miris hati saya melihat rekan seprofesi diperlakukan dengan begitu tidak terhormat. Belum lagi membaca semua hinaan-hinaan dari masyarakat yang seolah-olah tahu betul bagaimana kewajiban perawat. Padahal kesalahan yang dilakukan hanya satu, tidak bergantian untuk tidur.
Bagi saya, tidur saat berjaga bukanlah suatu kesalahan. asal tau kondisinya. Saya juga pernah tertidur beberapa kali saat jaga malam. Saya tidur jika tidak ada pasien, saya tidur jika merasa terlalu lelah atau tidak enak badan, saya tidur jika ketakutan karena harus berhadapan dengan nuansa 'mistis' di tempat saya berjaga. Tapi semua itu saya lakukan dengan satu syarat, semua tugas harus sudah diselesaikan dan pasien aman. Walau pun saya lebih suka melek sampai pagi sambil membaca buku, ngemil, atau menonton film korea di laptop ruangan.
Kalau berbicara tidur saat malam hari, itu adalah hal yang manusiawi kok, bahkan fisiologis. Sayangnya sebagai perawat kita dituntut untuk terus berjaga. Tanpa mereka tau jika jam kerja pada shift malam itu lebih panjang, lebih berisiko terkena gangguan tidur dan gangguan kesehatan, serta memiliki tingkat stress yang lebih tinggi jika dibandingkan pada dua shift yang lainnya. Padahal perawat tidak pernah diberi fasilitas kesehatan khusus, seperti general check up, vaksinasi, atau pun yang lainnya.
Nasehat untuk bekerja dengan ikhlas dan profesional pun banyak dilontarkan dari para netizen. Jika berkata soal ikhlas, mari kita telaah, siapa yang paling ikhlas memandikan orang yang tidak ia kenal? Perawat. Siapa yang paling ikhlas membersihkan kotoran orang lain? Perawat. Siapa yang paling ikhlas dibayar dengan gaji dibawah UMR padahal memiliki beban kerja yang berat? Perawat. Siapa yang paling ikhlas tidak diberi fasilitas kesehatan saat ia memiliki risiko tinggi untuk terinfeksi penyakit? Perawat. Dan jika berbicara tentang keprofesionalitasan, pekerjaan yang profesional harusnya diupah dengan profesional juga. Tapi apa yang terjadi dengan perawat? Banyak dari kami yang dibayar dengan upah di bawah UMR. Bahkan saya sendiri pernah mendaftar pekerjaan yang ternyata hanya menggaji pegawai tenaga kesehatannya dengan harga rendah, yaitu sekitar 800.000. Apakah begitu harga untuk sebuah keprofesionalitasan?
Belum lagi pendidikan yang luar biasa mahal. Biaya kuliah, uang gedung, pelatihan, beli nursing kit, bikin seragam. Untuk menjadi seorang diploma keperawatan saja, harus menghabiskan dana lebih dari 30 juta, itu pun di perguruan tinggi negeri. Tapi apa yang perawat dapatkan dengan biaya kuliah yang mahal? Tidak ada. Tapi ya begitu lah kami, memperjuangkan kehidupan seseorang tanpa pernah dihargai lebih.
Katanya kita hidup di Indonesia, dimana negeri ini penuh dengan toleransi dan keramahtamahan. Tapi nyatanya negeri ini kini penuh dengan orang-orang yang saling membenci dan saling menghina tanpa pernah berpikir perasaan orang lain. Untuk masyarakat yang memang sudah dari dulu memandang sebelah mata tentang profesi kami, kami hanturkan terima kasih. Karena berkat kalian, kami terus meningkatkan ilmu kami, meski tak kasat mata. Dan satu pesan saya, belajarlah untuk hidup dengan bahagia tanpa perlu menghina orang lain.

Comments