Ospek? Udah woles aja.

sumber : http://assets-a2.kompasiana.com/

Tahun ajaran baru akhirnya dimulai kembali. Perbincangan tentang MOS dan OSPEK lagi panas-panasnya tersebar di sosial media. Dan setelah 4 tahun lamanya, akhirnya aku harus menjadi maba lagi. Menjadi maba alih jenis membawaku untuk bergabung di Grup Line-nya Maba yang mengayomi berpuluh-puluh anak SMA yang baru mau masuk kuliah dan segelintir ‘orang dewasa’ yang kembali ke dunia perkuliahan untuk meningkatkan pendidikan.
Tiga setengah minggu sebelum pengukuhan, mereka para lulusan SMA mulai ribut di Grup Line membicarakan ospek. Jeng.. Jeng.. Ada yang nyuruh buat nanyain ke kakak-nya yang anak BEM tentang bocoran ospek, ada yang bilang ospek sampai pingsan-pingsan, ada yang dapat gosip kalau di universitas lain pernah ada maba yang meninggal karena ospek, dan beberapa hal lain yang bikin aku cuma bisa geleng-geleng.
Waktu zaman sekolah, kuakui aku pasti ada bolosnya di setiap MOS, baik di SMP mau pun di SMA. Nggak suka Latihan Baris Berbaris, nggak suka tugas rempong, nggak suka kakak kelas yang nge-sok, jadi alasan kenapa aku menghindari MOS. Aku selalu menganggap kegiatan ini hanya membuang-buang waktu, nggak berguna. Hingga akhirnya tahun 2011 membawaku harus ikut ospek di kampusku tanpa membolos. It is cool, isn’t it?
Nggak tidur berhari-hari karena ngerjain tugas yang banyak dan mendadak, merogoh kocek lebih dalam untuk memenuhi segala bahan-bahan yang diminta oleh panitia, dijemur panas-panasan saat siang bolong, diteriakin, dibentak di depan semua maba dan panitia, disuruh makan makanan yang luar biasa, keliling minta tanda tangan panitia, pasang telinga gajah sampe capek, sampai natap matahari. Semua itu pernah aku lalui. Tapi alhamdulillah panitia ospek di kampus saya masih dalam batasan.
Eits tapi jangan takut dulu. Yakin aja kalau setiap tetek bengek acara ospek yang disusun oleh panitia ini pasti ada gunanya. Karena yang kerja keras buat ospek bukan cuma kalian, tapi panitia juga. Wong makan kalian aja dipikirin kok. Jadi kalau kalian dimarahin, ya dengarin aja. Kalau disuruh makan yang aneh-aneh, asal masih makanan manusia ya ditelan aja. Kalau dikatain yang macam-macam, ya abaikan aja. Maklumi saja budaya kita yang masih melestarikan ospek yang seperti ini adanya. Semoga saja panitia ospeknya melakukan kegiatan masih pada batas kemanusiaan. Dan insyallah setelah di ospek bisa jadi mahasiswa yang percaya diri, kreatif, nggak sombong, dan tegar.
Dulu waktu aku masih maba, aku juga ngeluh. Capek, ribet, malas. Tapi coba deh dipikir, kita diospek hanya sekali. Hanya sekali. Kalau pun berulang kali, yang mempan hanya ospek yang pertama. Setelah itu kita sudah kebal. Jadi kenapa nggak nikmatin aja pengalaman seumur hidup ini?

sumber : https://yosikasm8.files.wordpress.com/

FYI, aku pernah diteriakin dan disinisin sama kakak ruangan. Selain itu juga aku pernah beberapa kali dimarahin bahkan dijadikan contoh yang tidak menyenangkan oleh dosen. Dan itu rasanya lebih pait daripada ospek. Mau tau lagi apa yang lebih kejam? Dunia pasca wisuda, yaitu dunia kerja. Sekian. Eh ngomong-ngomong pendapat kalian gimana tentang ospek?

Comments