Ramadhan Jangan Pergi, Kita Ngopi Dulu!

Assalamualaikum, saudara dan saudariku, wahai muslimin dan muslimah.

Malam ini sudah memasuki malam ke-29 di bulan Ramadhan. Itu artinya Ramadhan sebentar lagi akan berakhir. Ramadhan hanya tinggal hitungan hari bahkan jam. Pada sedih nggak sih? Rasanya belum puas kangen-kangenannya sama bulan Ramadhan yang datangnya cuma sekali dalam setahun ini. Pengen banget memperpanjang bulan Ramadhan. Andai saja memperpanjang bulan Ramadhan semudah memperpanjang masa aktif kartu perdana. Andai aja balik ke bulan Ramadhan semudah minta balikan sama mantan. Andai aja mempercepat waktu untuk bisa bertemu dengan Ramadhan lagi semudah mempercepat jam dinding di kelas supaya dosen cepat keluar. Ramadhan, please don’t go…


Ramadhan tahun ini benar-benar Ramadhan yang paling banyak cobaan buat aku. Tapi semoga saja cobaan-cobaan yang diberikan kepadaku menambah keimananku kepada-Nya. Cobaan pertama, awal bulan Ramadhan kami mahasiswa Jurusan Keperawatan Program Studi D-III Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur yang bentar lagi di wisuda lagi ngejalani Ujian Tahap Akhir tahap II (biasa disingkat UTA), ya singkat cerita sih lagi waktunya bikin KTI sambil konsul. Tapi Alhamdulillah cobaan di awal bulan Ramadhan yang berupa UTA tahap II bisa terlewati dengan mudah walau pun dengan keadaan kurang terbimbing oleh dosbing dan di-acc dengan keadaan yang kurang terbimbing pula. Ya maklum saja, mungkin dosbing kami sudah terlalu percaya sama kemampuan kami yang sebenarnya masih perlu banyak bimbingan atau sebenernya dosbing udah males didatangin kita-kita ini. Yang terpenting kami sudah melewatinya dengan baik.


Cobaan kedua datang di hari kedua di bulan Ramadhan, dompet aku hilang entah kemana. Mungkin hilang, mungkin juga dicopet orang. Tapi karena aku nggak mau seudzon, ya anggap aja kalau dompet aku hilang karena terjatuh, walau pun sebenarnya dugaan terkuat itu di copet. Gimana kejadiannya? Oke jadi waktu itu aku, bapak, kakak, dan keponakan lagi ngabuburit di Pasar Ramadhan GOR Segiri. Kebetulan waktu itu aku memiliki keharusan untuk membawa tas, karena aku harus bawa dompet buat beliin si keponakan balon. Dan saat di tempat paklek-paklek tukang jual balon, aku keluarkan dompetku, dan berencana ngeluarin duit buat beliin balon. Tapi tiba-tiba bapak nyodorin duit buat beliin. Yaudah jadi dompetku kumasukin lagi ke dalam tas, dan tanpa kusadari itulah kali terakhir aku memegang dompet kesayanganku yang nggak akan pernah terganti kecuali dibeliin baru yang lebih bagus. Hehe. Nah sampai saat itu aku nggak menyadari apa dompetku masih ada di dalam tas atau enggak, sampai akhirnya aku ngisi bensin di perempatan egois (perempatan pasundan – jalan baru – argamulya – ks tubun). Dan saat aku pengen ngebayar, aku ngebuka tasku dan meraba-raba dompetku yang ternyata sudah nggak bisa teraba lagi, dompetku hilang. Dengan muka ngeles dan cara berbicara yang minta di kasianin, aku pun berbicara kepada Bapak-bapak-tukang-jual-bensin-yang-pernah-jadi-tetanggaku-tapi-kayaknya-Bapaknya-lupa-kalau-aku-pernah-jadi-tetangganya “Pak, dompet saya kebawa di tas kakak saya deh kayanya Pak. Nanti saya kembali lagi ya Pak. Rumah saya dekat aja kok Pak di Pasundan.”
Sang Bapak pun menyarankan “Bawa HP kan? Kakaknya di telpon aja.”
“Tapi HP nya sama saya Pak.” dan memang kebetulan sejak di Pasar Ramadhan sampai rumah, kakakku memang nitip HP ke aku karena dia nggak bawa tas.
“Yaudah kalau gitu HPmu tinggal disini aja dulu sampai kamu kembali.” nego si Bapak. Dan aku pun dengan keadaan mau nggak mau, ikhlas nggak ikhlas harus rela membiarkan tabe 7+ ku yang jadul tapi kusayangi buat dijadiin barang sitaan. Aku pun dengan keadaan panas dingin akhirnya pulang ke rumah.
Dan sampainya aku di rumah aku pun bertanya kepada bapak dan kakakku apa mereka kebawa dompetku. Dan jawabannya tidak. Aku pun segera meminjam uang kepada ibuku tercinta buat nebus tabe ku tersayang yang sedang di sita dan segera kembali ke Pasar Ramadhan untuk berusaha mencari dompetku yang telah hilang.
Ngomong-ngomong ini ngomongin dompet hilangnya kok panjang amat yak? Kalian bosan? Yaudah langsung kita skip aja ya. Inti dari cerita ini sih dompet aku hilang dan nggak nemu sampai sekarang, dan itu membuat aku harus ngelor ngidul, kesana kemari untuk ngurusin surat-surat dan kartu-kartu yang hilang. Tujuan saya cerita dompet saya yang hilang ini sih buat modus siapa tau dari pembaca ada yang mau ngirimin dompet gitu atau mentahnya juga nggak apa-apa. Hehe …


Kita lanjut ya ke cobaan ketiga, cobaan ini datangnya kalau nggak salah ingat itu malam setelah dompet aku dicuri. Aku demam, ya walau nggak tinggi-tinggi banget sih masih sekitaran 38. Dua hari pertama, aku tetap kekeuh dan berusaha sekuat tenaga untuk tetap menjalankan ibadah puasa walau pun nggak dalam kondisi yang stabil. Sampai akhirnya pada hari ketiga aku demam (kalau kami anak kesehatan sih biasanya sebutnya febris), tepatnya saat pulang ke rumah setelah UTA Tahap III, aku sama sekali nggak tahan buat nahan puasa dan akhirnya itu kali pertama aku harus utang puasa sama Allah tahun ini. Malamnya, tiba-tiba suhu badan aku lebih naik dari febris hari-hari sebelumnya, suhu ku mulai mencapai 39°-an. Dan akhirnya malam itu aku memutuskan untuk pergi ke Praktik Dokter Mandiri dan memeriksakan darahku. Dari hasil pemeriksaan dan laboratorium ternyata aku sakit thypus. Tapi Alhamdulillah aku cuma butuh istirahat dengan rawat jalan. Malam itu juga aku di suntik entah vaksin apa dan mulai minum obat. Dan esoknya dengan izin Allah aku sudah mulai sembuh dan harus tetap utang puasa karena harus ngabisin obat. Setelah terapi obat selama 4 hari, akhirnya aku biasa puasa lagi namun hanya SATU hari, karena keesokannya aku kedatangan bulan dan harus ngutang puasa lagi sama Allah. Huhu..


Cobaan keempat, cobaan ini sebenarnya berkorelasi dengan cobaan yang ketiga. Jadi cobaan keempat ini datangnya saat aku harus menghadapi Ujian Tahap Akhir tahap III yaitu berupa yang bahasa gaulnya disebut sidang atau pendadaran. Tahap ini merupakan tahap dimana aku harus mempresentasikan kasus pasien yang sudah aku kelola selama 3 x 24 jam dan mempertanggung jawabkan KTI yang telah aku tulis di hadapan 3 penguji yang merupakan dosen-dosen taraf pinter banget. H-2 sidang, aku baru tau kalau jadwal sidangku adalah besok dengan urutan ke tiga. Tapi sialnya urutan pertama dan kedua ternyata tidak bisa sidang tepat waktu, jadi saya harus siap menjadi pengisi acara pembukaan pada sidang tersebut. Terus udah? Gitu dong cobaannya? Ah gitu doang dibilang cobaan. Eits, tunggu dulu, seperti yang kalian tau, setelah kehilangan dompetku aku jatuh sakit, febris berhari-hari dengan entah apa penyebabnya, dugaan terkuat sih febris ini disebabkan karena penyakit kangen mantan #eh. Pada H-1 sidang, kondisiku masih jelek, febris belum turun, konsentrasi turun, tingkat keteposan pantat juga turun, hingga akhirnya aku nggak bisa belajar untuk sidang yang harus kuhadapi esok, aku hanya bisa berharap sisa-sisa kadar ilmu yang aku punya di otak ini. Pada hari H sidang, aku benar-benar menjadi pembuka dalam acara ini, awalnya semua berjalan dengan lancar, presentasi lancar, penguji utama lancar, sayang BAB nggak lancar. Sampai akhirnya penguji II menuturkan sebuah pertanyaan yang membuat saya terpana karena saya bukan apoteker, karena saya bukan ahli obat, karena saya nggak ada belajar semalam, dan karena saya bukan istrinya Vidi Aldiano, “Coba kamu jelaskan, cara kerja obat-obat ini semua!” dan aku pun cuma bisa ngeles sana sini. Cobaan selanjutnya datang dari penguji III yang merupakan spesialis medical bedah, awalnya beliau menuturkan pertanyaan-pertanyaan yang Insya Allah saya bisa jawab semua. Sampai akhirnya konsentrasi saya mulai menurun dan tiba-tiba saya ngeblank dengan satu pertanyaan mudah, “Sebenarnya yang dimaksud posisi kepala netral itu yang seperti apa sih?” dan aku pun cuma bisa menjawab ngalor ngidul karena otak ini nggak mau diajak kerja sama. Ya intinya UTA tahap III saya sudah terlewati meski kurang maksimal karena kondisi badan yang nggak bisa diajak kerjasama. Tapi Insya Allah yang penting aku udah berusaha, hasilnya biar Allah yang mengatur.


Mungkin cuma empat cobaan yang bisa aku ceritakan disini, karena aku sudah capek ngetiknya dan karena aku tau kalian udah mulai betek. Hehe. Intinya apa pun cobaannya, gimana pun cobaannya, tetap dekatkan diri kepada-Nya. Karena Dia-lah tempat kita kembali dan meminta pertolongan. Allah tidak mungkin memberikan cobaan tanpa penyelesaian. Akhir kata saya ucapkan selamat hari raya idul fitri. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang menyinggung hari pembaca. Semoga Allah selalu melindungi kita semua. Dan semoga tahun depan kita masih dapat bertemu dengan bulan Ramadhan lagi. Selamat bersilaturahim!




Ayo buat teman-teman yang mau berbagi kisah Ramadhan-nya silahkan tulis di comment box di bawah ini, atau bisa mention di Twitter @dilafzy. Jangan sungkan-sungkan yaa!

Comments