Mengintip Bandara APT Pranoto


Dibukanya Bandara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto pada 24 Mei 2018, memberikan secercah angin segar bagi himpunan pejuang LDR, titisan anak rantau, dan juga pecandu traveling-nya Samarinda. Belum lagi beberapa minggu setelahnya, sejumlah maskapai mulai gencar membuka rute penerbangan baru ke luar pulau. Wah, rasanya lega sekali karena saya akhirnya nggak perlu lagi  menghabiskan waktu 3 jam perjalanan hanya untuk ke bandara terdekat kalau ingin bepergian ke luar kota.

Suara pesawat yang berlalu-lalang di udara pun mulai meramaikan suasana Kota Tepian ini. Nabika bahkan selalu berteriak “Itu pesawat Udin!” ketika mendengar suara pesawat yang melintas di atas rumah. Ya, dia mengira setiap pesawat yang lewat adalah pesawat yang akan mengantarkan saya ke Surabaya, selaku orang yang dulu sering mondar-mandir Surabaya – Samarinda.

Tapi keudikan ini juga berlaku untuk saya sih. Jelas saja, setiap ada pesawat yang lewat, saya selalu merasa ingin naik dan ikut nimbrung di dalam pesawat. Apalagi sejak Januari, rute Surabaya – Samarinda sudah dibuka. Hm, makin menggelinjanglah semangat saya untuk bekerja bagai quda supaya bisa mewujudkan impian terbang melalui bandara APT Pranoto ini. Dan pertengahan Februari lalu, saya berhasil mewujudkan impian ini. Lalala~ Yeyeye~

Oleh karena itu, kali ini saya pengen nulis tentang pengalaman pertama saya, or such a first impression, jalan-jalan ke bandara APT Pranoto yang masih anget kaya pasangan yang baru jadian.

BERANGKAT MENUJU BANDARA

Beberapa hari sebelum keberangkatan, saya sempat berpikir keras mencari cara agar bisa sampai ke bandara, karena pertama - keluarga saya nggak ada yang bisa ngantar, kedua - bawaan saya terlalu banyak kalau saya naik ojek motor, dan ketiga – saya agak parno kalau harus berdua di dalam mobil dengan orang asing kalau saya carter mobil (maklum, kebanyakan baca berita kriminal ditambah gemar berkhayal). Dan akhirnya saya memutuskan untuk naik bus Damri dengan harapan satu nggak menjadi penumpang satu-satunya di dalam bus. 

Sekedar informasi, Bus Damri yang saya naiki ini adalah bus milik Dinas Perhubungan yang khusus mengantarkan penumpang menuju Bandara APT Pranoto. Bus ini memiliki jam-jam keberangkatan tertentu, dengan dua rute berselingan (dalam kota dan pinggir kota), dan hanya mengangkut penumpang di Terminal Sungai Kunjang dan di Terminal Lempake. Kalau kamu tertarik menumpang di Bus Damri, kamu bisa langsung datang ke dua terminal di atas sesuai jam keberangkatan bus atau reservasi melalui contact person yang terlampir. Cara reservasinya pun mudah, kamu hanya perlu menelpon dan kemudian admin akan mengirimkan format pemesanan melalui WA, lalu kamu tinggal mengisi format yang sudah disediakan sesuai dengan kebutuhan kamu. Gampang to?

Jadwal Bus Damri. Sumber : Instagram APT. Pranoto Airport
Hari H keberangkatan, saya pergi ke Terminal Sungai Kunjang ± 30 menit sebelum jadwal bus berangkat. Dan alhamdulillah, setelah sempat terhenti karena kemacetan di sekitaran Jembatan Mahakam, saya sampai 5 menit sebelum bus berangkat. Ini asli deg-degan banget sih di sepanjang jalan. Sesampainya saya di terminal, saya diarahkan oleh petugas terminal untuk langsung naik ke Bus Damri sesuai tujuan saya. And you know what? I was the only one passenger in that bus. But, it was a fun trip. The driver is so nice, we even talked about anything along the way.  Oia, perjalanan bus dari Terminal Sungai Kunjang ke Bandara APT Pranoto memakan waktu paling lama 1,5 jam, dan akan berhenti ± 10 menit di Terminal Lempake. Saya sendiri sampai di bandara setelah 1 jam perjalanan. Jadi, saya harap jangan lupa untuk mengalokasikan waktu secerdas mungkin agar nggak ketinggalan pesawat, oke? By the way, ongkos yang perlu dikeluarkan untuk menuju bandara ini hanya 40.000, dan di bayar saat kita sudah berada di dalam bus.

BANDARA APT PRANOTO

Jangan pernah membayangkan bandara ini akan semewah Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS), atau seluas Bandara Juanda, apalagi Bandara Soekarno-Hatta. Jangan. Saya lebih menyarankan untuk membayangkan Bandara Temindung yang lama, namun dengan kondisi yang lebih luas dan bangunan yang lebih megah. Got it?

Selama ini saya membayangkan gedung bandara ini akan sama besarnya dengan bandara-bandara di kota lain. Tapi ternyata, gedung bandara ini berhasil membuat saya terpana dengan ukuran yang ‘Kok kecil!’. Sebenarnya nggak kecil-kecil banget sih, cuma ya beda jauh sih kalau dibandingkan sama Big Mall. Tapi desain gedungnya lucu sih.

Gedung Bandara APT Pranoto tampak dari apron. Sumber ; Instagram APT. Pranoto Airport
Fasilitas di dalamnya? Standar bandara sih. Sebuah gedung dengan 2 lantai, dimana lantai pertama digunakan untuk tempat check in dan pengambilan bagasi, sementara lantai 2 digunakan sebagai ruang tunggu. 

Check in counter. Sumber : Instagram APT. Pranoto Airport
Ruang tunggu bandara ini cukup luas dan nyaman, dilengkapi dengan colokan jadi nggak perlu takut kehabisan baterai. Lalu, ada juga kios-kios yang berjejer di seberangnya. Seperti fasilitas wajib di tempat umum, bandara ini juga menyediakan toilet, sayangnya desain interior toiletnya biasa banget, seperti mall biasa, kalau menurut saya kurang lebih seperti toilet di SCP. Actually, there is nothing special. Walau pun sebenarnya saya hanya melihat-lihat sekilas sih.

Ruang Tunggu Bandara APT Pranoto. Sumber : Instagram APT. Pranoto Airport
Ada satu kelemahan bandara ini yang ngeselin banget buat saya, nggak ada sinyal 3 disana, coy. Untungnya kemarin saya membawa handphone provider lain yang bisa menjangkau cukup sinyal, kalau tidak, saya bisa mati kutu karena nggak ngabarin orang rumah. Selain itu, saya juga nggak melihat ada Garbarata atau tangga belalai di bandara ini, jadi yang sakit-sakit sendi, siapin diri buat naik tangga ya. Masih banyak hal yang perlu dibenahi sebenarnya, tapi setidaknya dengan adanya bandara ini sedikit meringankan perjalanan sih. Terima kasih pak Awang Faroek Ishak dan Rusmadi!

PULANG DARI BANDARA

Pulang dari bandara, saya memutuskan untuk mencoba kembali naik bus Damri. Berdasarkan obrolan saya dengan driver Damri sebelumnya, saya nggak perlu takut nggak dapat bus Damri, karena bus ini selalu ada di setiap kedatangan pesawat. Jadi, sewaktu keluar dari bandara, langsung aja keluar ke arah kiri, dan disana sudah ada bus Damri yang terparkir rapi menanti kedatangan kamu. Biaya menuju kota masih sama, 40.000. Bedanya, kita nggak perlu reservasi dan bisa turun dimana saja asal turun di tempat yang dilewati bus. Saya sendiri minta untuk diturunkan di Hotel Selyca, supaya enak nunggu jemputannya dan nggak terlalu jauh dari rumah, tapi berhubung driver-nya takut mengganggu kelancaran jalan, jadi saya diturunkan di depan Asuransi Bumi Putra. Lumayanlah, nggak terlalu jauh banget.

Itu dia pengalaman pertama saya mengunjungi Bandara APT Pranoto, sekaligus memanfaatkan Bus Damri yang tersedia. Sebenarnya, saya pengen banget foto langsung suasana di bandara, tapi berhubung saya takut dikatain udik sama orang-orang sekitar, jadi saya membatalkan niat saya, dan memilih untuk menempelkan foto yang bersumber dari feed Instagram APT. Pranoto Airport di tulisan saya ini. Hehe. Tapi, gimana kalian tertarik untuk main-main ke bandara ini juga? 

Saya sih berharap bandara ini bisa lebih berkembang dan meningkatkan fasilitasnya, supaya nggak kalah dengan bandara lain. Tapi saya lebih berharap harga tiket pesawat turun dan free bagasi diberikan lagi, karena harga pesawat belakangan ini benar-benar bikin sesak. Yang biasanya PP Balikpapan – Surabaya di low season bisa didapatkan dengan harga kurang dari 1 juta, sekarang malah nyampe 2 jutaan. Kan sakit. Kalau semua masyarakat tajir melimpir kaya Atta Halilintar sih mungkin nggak masalah. Ya semoga aja, besok saya bisa setajir doi buat beliin kamu semua pesawat sekaligus bangunin bandaranya, biar bisa parkir pesawat di rumah masing-masing! #crazyrichwannabe

Satu pesan terakhir saya untuk kamu yang ingin berlibur melalui bandara ini, pastikan cuaca sedang dalam kondisi yang apik yo. Karena ketika hujan lebat turun, banjir akan melumpuhkan jalan menuju bandara, dan bisa membuat perjalanan kalian tertunda. Jadi pastikan, Samarinda sedang dalam cuaca panas membara. Okay?


Warm Regards

Comments

  1. Replies
    1. Iya, mbak. Simple banget malah. Maklum bandara baru, jadi harusnya masih butuh banyak perbaikan kedepannya.

      Delete
  2. Bandaranya hampir mirip dengan bandara Sultan Thaha di Kota Jambi mba, hanya 2 lantai. Anyway, kita samaan mba - pejuang LDR. Rasanya emang butuh banget tiket pesawat murah dan free bagasi. Hehehe...secara ya berat di ongkos bagi para pejuang LDR :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oalah, gitu ya, mbak? Saya nggak pernah ke Jambi, cuma sering dengar di tv. Semoga aja kapan-kapan ada kesempatan main kesana. Aamiin.
      Iya nih, mbak. LDR lagi diuji sekarang. Sudah berat di rindu, tambah lagi berat di ongkos. Hehe.

      Delete

Post a Comment