Why Is Life So Unfair?

Gambar di modifikasi dari E&T Jobs
Enak ya jadi dia, punya orang tua yang lengkap dan menyayangi dia. Enak ya jadi dia, bisa kuliah setinggi apa pun tanpa harus memikirkan biaya. Enak ya jadi dia, punya ayah pengusaha dan bisa sukses dengan hanya menunggu alih jabatan. Enak ya jadi dia, anak orang kaya yang bisa beli apa pun tanpa khawatir tidak bisa makan esok hari. Enak ya jadi dia, bisa melakukan aktivitas apa pun tanpa gangguan dalam tubuhnya. Enak ya jadi dia, bisa punya suami tanpa harus mencari kesana kemari. Tapi kenapa dia? Kenapa bukan aku, yang lebih bekerja keras dan lebih baik? Kenapa hidup begitu tidak Adil? Kenapa Tuhan tidak menciptakan kenikmatan yang sama? 
Ada kala hidup terasa begitu tidak adil. Disaat orang lain memiliki orang tua yang lengkap dan begitu perhatian, ada orang yang hidup tanpa pernah memiliki orang tua. Disaat orang lain bisa kuliah semaunya tanpa harus terkendala dengan biaya, ada orang memiliki keinginan keras untuk sekolah namun tidak memiliki biaya. Disaat orang lain tidak harus bekerja keras untuk mendapatkan kesuksesan, ada orang yang sudah berusaha mati-matian dan gagal berkali-kali namun tidak kunjung sukses. Disaat orang lain terlahir kaya dan bisa hidup mewah seenaknya, ada orang yang begitu kesusahan untuk berpikir apakah besok ia bisa makan. Disaat orang lain terlahir sehat dan umur panjang, ada orang yang harus berjuang melawan penaykitnya untuk hidup. Disaat orang lain memiliki suami tanpa harus mencari kesana kemari, ada orang yang susah payah mengganggu suami orang lain untuk dinikahi #eh. 
Sumber gambar: viralviralvideos.com
Dan apakah kamu salah satunya, yang merasa hidup terkadang tidak adil? Tersenyumlah, karena bukan hanya kamu yang pernah merasa begitu. 


Lalu, Mengapa Hidup Tidak Adil? 
Pernah suatu kali saya bertanya kepada Tuhan melalui sujud-sujud di akhir shalat, “Tuhan, mengapa semua teman-teman saya berbeda dari saya? Mengapa kau ciptakan aku berbeda dari mereka?” Tuhan tidak langsung menjawab, ntar saya kaget. Kemudian, secara tiba-tiba sebuah pikiran muncul dikepala saya yang saya yakin bukan sebuah wahyu, karena saya bukan rasul. Beginilah kurang lebih pikiran yang tak sengaja numpang lewat di otak saya: 
Jika Tuhan menciptakan semua manusia yang memiliki kedua orang tua yang lengkap, lantas kepada siapa orang-orang yang tidak memiliki anak mencurahkah kasih sayangnya? Kita butuh anak-anak tanpa orang tua untuk menyalurkan kasih sayang mereka. 
Jika Tuhan menciptakan semua manusia untuk dapat berkuliah tanpa harus memikirkan biaya, lantas kepada siapa beasiswa-beasiswa dialirkan? Kita butuh orang-orang yang tidak mampu untuk diberi beasiswa. 
Jika Tuhan menciptakan semua manusia menjadi kaya, lantas kepada siapa mereka memberi? Kita butuh orang miskin untuk saling berbagi. 
Jika Tuhan menciptakan semua manusia menjadi sehat dan panjang umur, lantas apa gunanya para tenaga kesehatan dan bahan-bahan alam yang digunakan untuk obat-obatan? Kita butuh orang sakit untuk bisa mengembangkan fasilitas kesehatan. 
Jika Tuhan menciptakan semua manusia memiliki suami yang berbeda-beda, lantas akan jatuh kepelukan siapa duda ganteng anak dua nan kaya raya? Kita butuh wanita-wanita single yang berkualitas untuk menjadi istri dan ibu yang tulus bagi anak-anak duda ganteng. Setuju? 
Saya kira, pikiran ini ada benarnya, setidaknya bisa diterima secara logika. Kemudian saya teringat sebuah ayat dari buku sakti nan suci yang diturunkan agama saya. Kira-kira isinya seperti ini:
وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 216).
Tapi, Apa Benar Tuhan Itu Tidak Adil? 
Kita mungkin pernah berpikir bahwa Tuhan itu tidak adil. Tapi saya sadar, saya selalu merasa Tuhan itu tidak adil saat saya mulai membanding-bandingkan hidup saya dengan orang lain. Saya berpikir bahwa orang lain memiliki hidup yang lebih sempurna dari saya. Saya merasa ingin mati dan kembali terlahir menjadi orang lain saja yang saya pikir lebih sempurna. Tapi, saya kembali berpikir. Jika saya menjadi orang lain yang saya pikir memiliki hidup yang lebih sempurnah, mampukah saya menghadapi semua kenikmatan dan kesengsaraan hidup yang dia hadapi? Saya tidak memiliki apa yang dia punya, tapi mungkin dia juga tidak memiliki apa yang saya punya. Disaat itu saya tersadar, mungkin saya yang kurang bersyukur. Dan kembali lagi, mungkin kita sangat membenci hal-hal yang kita tidak miliki, tapi Tuhan tau apa yang terbaik untuk kita. 
Hidup memang bukan untuk dibanding-bandingkan dengan orang lain. Bukan pula, ajang pamer kehebatan. Tuhan tidak pernah menurunkan perintah untuk kita melakukan itu, bukan? Tapi percayalah bahwa hidup itu bak sebuah anugerah, bagaimana pun kondisi kita diciptakan. Karena semua yang diciptakan oleh Tuhan memiliki satu misi, untuk mengabdi kepadanya di jalannya, tak perduli miskin atau kaya. Jadi, bagaimana jika kita mulai berhenti membanding-bandingkan hidup kita dengan orang lain dan mengucapkan syukur? Bukankah itu lebih baik daripada mencaci maki atas apa-apa yang kita tidak kita ketahui?

Comments

  1. tuhan itu adil, Ia menganugrahi semua manusia dan mahluk hidup, baik yang jahat, yang baik, yang nakal, yang egois, yang suka berbagi dengan sesama, air yang melimpah, sinar matahari yang hangat dan awan biru yang indah

    ReplyDelete

Post a Comment