Berkenala di Nusa Penida 2022

Hal terbaik dari liburan, menurut aku, adalah menikmati pengalaman baru. Keindahan baru, budaya baru, suasana baru. Meski hanya sementara, tapi kenangannya bertahan selamanya. 

Masih berada di Provinsi Bali, kami beranjak ke Kabupaten Klungkung, tepatnya di Nusa Penida, sebuah pulau yang terletak di sebelah tenggara Bali yang terkenal dengan pantai bertebingnya. 

Usai menghabiskan sarapan, kami menuju ke Pantai Sanur Bali untuk melakukan penyebrangan ke Nusa Penida. Tidak lupa, kami singgah dulu ke Krisna Bali untuk menyetok oleh-oleh karena kami tidak berencana kembali ke Bali lagi.

Matahari sedang tinggi-tingginya saat kami tiba di Pantai Sanur. Panas. Bahkan gelato yang saya beli di depan salah satu supermarket, rasanya cepat sekali melelehnya. Tapi ternyata ini masih permulaan.

Kapal yang berangkat menuju Nusa Penida berjenis Speed Boat, setiap orangnya dikenai biaya IDR 75.000 untuk sekali jalan. Kapal kami baru berangkat pukul 13.00. Sementara menunggu kapal datang, kami bersantai di warung pinggir pantai yang belum buka. Sebagai salah satu tempat penyebrangan yang memiliki banyak pengunjung, baik domestik atau pun internasional, amat disayangkan jika pantai ini tidak memiliki fasilitas yang memadai. Tidak ada ruang tunggu yang nyaman. Beberapa toiletnya pun, selain kecil, kebersihannya juga kurang terjaga, padahal berbayar.

Menjelang pukul 13.00, kapal kami mulai merapat. Para penumpang diminta untuk menyerahkan barang bawaan dan alas kaki untuk dinaikan ke dalam kapal. Dengan bertelanjang kaki, kami dibantu para awak kapal untuk naik ke atas kapal melawan gelombang air yang sesekali menyapu pesisir pantai. 

Saya lupa berapa lama tepatnya untuk sampai di Nusa Penida, mungkin sekitar 45 menit. Tapi perjalanan ini adalah salah satu perjalanan air yang tidak membuat saya mengeluh. Setidaknya, tidak ada hantaman gelombang yang membuat benak saya berteriak memohon untuk kembali lagi saja ke dermaga.

Sampai di Pelabuhan Banjar Nyuh, kami langsung bertemu dengan petugas penyewaan motor yang sempat kami hubungi sebelumnya. Kami menyewa dua buah Scoopy untuk 2 x 24 jam, dengan biaya IDR 100.000 per motor. Diarahkan oleh google maps, kami langsung menuju Penginapan Sundi Ocean Bungalow, tempat kami akan menghabiskan waktu selama 2 malam di Nusa Penida.

Sundi Ocean Bungalow

Bangunan kamar Sundi Ocean yang tradisional

Jalan menuju Sundi Ocean Bungalow lumayan menantang. Jalannya kecil dan lumayan berbatu. Menurut penduduk setempat, saat malam hari, jalanan akan redup karena penerangan yang belum memadai. Hal itulah yang membuat kami diwanti-wanti untuk lekas kembali ke penginapan sebelum matahari tenggelam.

Penginapan Sundi Ocean ini adalah penginapan yang berada di pinggir tebing. Pemandangannya langsung berhadapan dengan laut dan pelabuhan Banjar Nyuh, tempat kami menepi tadi. Kamar yang kami pesan berbentuk bungalow dengan sentuhan nuansa tradisional. Bangunannya didominasi dengan bahan kayu, dan atapnya dihiasi oleh alang-alang. Bentuknya agak mirip dengan penginapan yang saya pilih saat kami di Bali, apa memang ini tipe penginapan favorite saya ya?

Pemandangan dari Sundi Ocean

Penginapan ini juga dilengkapi dengan fasilitas kolam renang outdoor dan ayunan yang terletak menghadap laut. Untuk menginap selama 2 malam ini tempat ini, kami menghabiskan sekitar IDR 818,307 per kamar, sudah termasuk dengan breakfast yang bisa di request menjadi dinner karena kami malas mencari makan malam. 

Greenkubu Penida

Dekorasi di Greenkubu Penida yang ijo banget

Setelah menaruh barang dan melihat-lihat penginapan, kami memutuskan untuk chill di salah satu cafe yang terletak tidak jauh dari penginapan bernama Greenkubu Penida. To be honest, aku akan merekomenasikan tempat ini ke siapa pun yang pergi berkunjung ke Nusa Penida. Good place, good taste, good price, that's Greenkubu Penida.

Salah satu spot foto di Greenkubu Penida, taken by Ana

Tempat ini asik banget, menyajikan pemandangan lautan dengan nuansa tropis. Tidak hanya memiliki spot foto yang ciamik, bahkan kolam renang pun disediakan ditempat ini. Nggak hanya itu, makanan yang disajikan pun beragam dan rasanya juga bisa dinikmati. Harganya? Kami yang makan makanan berat bertiga, beserta minum, ditambah bawa pulang pizza, hanya menghabiskan sekitar IDR 339,380. Murah banget. Apa itu beach club yang buat duduk aja harus order 1 juta?

View dari Greenkubu Penida, lansung ke arah lautan

Diamond Beach

Diamond Beach dengan segala rintangannya

Hari kedua di Nusa Penida, agenda kami hari ini adalah mengunjungi beberapa tempat hits di Nusa Penida. Dan tentu saja, dibawah kawalan mbak Google Maps. Tujuan pertama kami adalah Diamond Beach, tempat terjauh dari penginapan kami. Waktu perjalanannya sendiri kurang lebih 1 jam, belum termasuk berhenti untuk mikir sarapan dimana dan mastiin jalannya bener atau enggak.

Saat tiba di Diamond Beach, kami hanya diminta tiket masuk sekitar 10.000 per orang. Wisata ini ternyata terletak di atas tebing, sementara pantainya berada di dasar. Jika ingin turun ke pantai, kami harus menuruni puluhan anak tangga dan tali-temati. Tapi memikirkan betapa beratnya rintangan yang harus dihadapi, dan melihat betapa lelahnya wajah wisatan lain yang baru kembali dari pantai, kami memutuskan untuk wisata cantik saja, mengambil foto sepuasnya dari atas tebing.

View dari atas tebing Diamond Beach

Ohya, konon katanya pantai ini dinamakan Diamond Beach karena dikelilingi tebing-tebing karst yang menjulang tinggi. Bahkan jika diperhatikan baik-baik, tebing-tebing yang menghiasi pantai ini, berbentuk segitiga, persis seperti sebuah berlian.

Rumah Pohon

Udah ga fotogenik, lusuh lagi. Hehe.

Tujuan kedua kami tidak berada jauh dari Diamond Beach, hanya sekitar 5 menit. Saat masih berada di parkiran Diamond Beach, ada wisatan lain yang sempat ngobrol bersama kami. Hingga saat kami ingin melanjutkan perjalanan, dan mengatakan bahwa kami akan ke Rumah Pohon, beliau berkata,"Semangat ya, Mbaaaak!"

Awalnya aku dan Ana nggak paham, kenapa ke rumah pohon doang kok pake di semangatin. Tapi semuanya terjawab saat kami sampai di rumah pohon.

It's a beautiful place to take a good photo. Tapi aku bahkan sudah kehilangan minat berfoto, dan lebih memilih mengatur nafas setelah lelah melewati puluhan anak tangga yang naik - turun untuk sampai ke tempat ini. Hhhhh. Aku bahkan heran dengan wisatawan asing yang make upnya masih bisa on dan sanggup berpose dengan luwes setelah melalui puluhan anak tangga itu.

Fyi, untuk berfoto di tempat ini kita harus membayar IDR 75.000 per orang dengan waktu yang dibatasi, karena banyak wisatawan lain yang mengantri untuk berfoto. Dan ya, tentu kita harus tetap foto sendiri dengan hp sendiri.

Seperti namanya, rumah pohon ini adalah rumah yang dibangun di atas pohon pada pinggiran tebing. Rumah pohon ini dilatari oleh Pantai Atuh yang juga merupakan kawasan dari Diamond Beach, jadi nggak heran, rumah pohon ini banyak dikunjungi wisawan karena lokasinya yang strategis. Selain rumah pohon, area wisata ini juga memiliki banyak spot foto lainnya, tentu dengan biaya tambahan untuk setiap spot fotonya. Kalau hanya ingin melihat-lihat dan bersantai, kita bisa masuk dengan membayar tiket masuk sebesar IDR 10.000.

Kelingking Beach

Setelah aku dan Ana mengistirahatkan kaki yang gemetar, dan bergumam tidak akan kembali lagi ke Rumah Pohon, kami melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya. Kali ini kami mulai bergerak mendekat ke arah penginapan, menuju Kelingking Beach.

Perjalanan dari rumah pohon menuju Kelingking Beach, memakan waktu 1 jam perjalanan. Tapi yang aku suka dari Nusa Penida, meski jarak tempuhnya lumayan jauh, dan jalannya agak curam, tapi pesona alam dan budayanya nggak ngebosenin sama sekali.

Pemandangan perjalanan di Nusa Penida

Kelingking Beach terkenal dengan monyetnya yang masih agresif dan suka mencuri barang wisatawan. Meski begitu, tempat ini rameee banget. Tapi kebanyakannya hanya untuk mengambil foto.

Salah satu spot foto di Kelingking Beach, IDR 5.000 per orang

Serupa dengan Diamond Beach, Kelilingking Beach ini terletak di pinggir tebing. Tinggi tebingnya sendiri sekitar 150 meter. Untuk sampai di pantai, kita harus turun melalui entahlah-puluhan-atau-mungkin-ratusan-tangga. Tapi aku sama sekali tidak tertarik untuk menjelajahi pantainya, cukup untuk permainan tangganya hari ini ya.

Pantai yang pernah dinobatkan sebagai Pantai Paling Instagrambale ini disebut sebagai Pantai Kelingking karena katanya berbentuk seperti jari kelingking. I just can't understand. Mungkin jari kelingkingnya T-Rex kali ya segede gaban gitu.

Paluang Cliff

Melihat Kelingking Beach dari sisi lain

Masih dalam satu area, kami menyempatkan diri untuk singgah di Paluang Cliff yang berada tidak jauh dari Kelingking Beach. Paluang Cliff sendiri lebih ke spot foto dengan pemandangan Kelingking Beach dari point of view yang berbeda. Buat yang doyan simpen stok foto di tempat hits, tempat ini cocok banget untuk kalian. 

Angel's Billabong 

Tiga puluh menit perjalanan dari Kelingking Beach, kami tiba ditujuan yang entah sudah keberapa. Tempat ini bernama Angel's Billabong. Dari beberapa media yang saya baca, Billabong artinya sungai yang buntu, sementara Angel berarti malaikat. Beberapa media menginterprestasikan bahwa tempat ini dinamakan Angel's Billabong karena keindahan sungai ini  hingga bidadari pun terpikat.

Aku jadi ingat, dulu waktu SD, pernah ada cerita bahwa ketika ada pelangi, maka diujung pelangi itu ada bidadari yang lagi mandi. Apa jangan-jangan orang yang menemukan tempat ini, pernah ngegap bidadari lagi mandi di tempat ini ya?

Angel's Billabong ini sendiri lebih mirip kolam alami yang berada di bibir laut lepas. Di sisi-sisi kolam ini berdiri batu-batuan yang membentuk kolam. Yang membuat menarik, air di kolam ini berwarna hijau kebiruan alami yang menyatu dengan lautan. Bahkan turis asing pun nggak ragu untuk berenang di dalam kolam ini.

Broken Beach

Terowongan di Broken Beach yang langsung menyatu dengan laut

Broken Beach berada dalam satu komplek dengan Angel's Billabong. Hanya berbeda konsep. Jika Angel's Billabong berbentuk sungai yang pendek, Broken Beach menghadirkan keindahan teluk melingkar dengan lengkungan yang menghadap ke laut.

Pangkal dari Broken Beach di   mana deburan ombak berlabuh

Dinamakan Broken Beach karena katanya pantai ini terjadi akibat abrasi ratusan tahun, hingga terjadinya reruntuhan berbentuk lingkaran. Pantainya sendiri berada 200 meter di bawah tebing, deburan ombak yang masuk dari sela lengkungan menambah keindahan teluk ini. Dan sepertinya, pantai di tempat ini belum ada jalur aksesnya, selain terjun bebas.

Crystal Bay


Lelah bermain-main di atas tebing, sampailah kita di destinasi terakhir, Crystal Bay, Yey! Ini adalah destinasi favorite saya di hari kedua, karena kali ini kami beneran main ke pantai, bukan ngelihat dari atas tebing doang.

Crystal Bay ini berjarak sekitar 45 menit dari Angel's Billabong. Pantai ini terkenal dengan air laut yang sangat bersih dan jernih, sejernih kristal, itulah kenapa pantai ini dinamakan Crystal Bay. Ohya, disini juga banyak anak-anak anjing yang berlarian kesana-kemari, kalau dilihat dari kejauhan sih lucu ya, tapi kalau udah mendekat, hmmm pura-pura jadi patung aja kita.

Kami sampai di Crystal Bay ini menjelang sore hari, waktu yang pas buat ngechill di pantai sambil nikmati es teh dan pisang goreng, serta deburan ombak. Nikmat banget.

Kami meninggalkan Crystal Bay ketika matahari mulai tenggelam, takut keburu gelap saat perjalanan pulang. Untungnya, perjalanan menuju penginapan hanya sekitar 20-an menit. Kami sampai sebelum gelap, dan malah masih sempat menghabiskan tenaga yang tersisa dengan berenang di penginapan.

Today was fun. Nusa Penida is a great place to visite. Banyak pantai yang indah dan menawan. Tapi sayangnya, kebanyakan destinasinya hanya cocok untuk jadi spot foto saja, bukan tempat untuk dinikmati. Satu hal yang paling saya suka dari Nusa Penida adalah saya bisa mendengar suara adzan di beberapa tempat, satu hal yang tidak saya temukan di Bali.

Ohya, I want to remind you, if you wanna visite this place, please take and use much of sunblock on your skin! Beneran deh, pulang dari jalan seharian, muka totally belang. Area mata gelap karena terpapar matahari, sementara area hidung ke bawah yang tertutup masker warnanya jadi beda banget sama kulit di atasnya. Setiap ngaca, aku ngerasa kaya Saras 008. Hiks...

Selesai dari Nusa Penida, kami akan melanjutkan perjalanan ke Lombok. Awalnya kami berniat untuk langsung berlayar dari Nusa Penida ke Lombok, tapi ternyata tidak ada kapal yang menuju langsung ke Lombok. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke Bali, dan terbang dengan pesawat menuju ke Lombok.

So, tunggu cerita kami selanjutnya di Lombok yaaa!

Comments