Mahadewa Hits

Belakangan ini aku mulai ngerasa malas-malasan buat nulis. Pertama, kebetulan kemarin lagi liburan di kampung dan nggak mau ngabisin waktu selain untuk keluarga dan malas-malasan. Kedua, pas udah balik ke Surabaya, dari hari pertama sampai sekarang, kebanjiran job (baca : tugas). Ketiga, disaat ada waktu luang buat nulis, aku sudah kehilangan selera dan terlalu lelah untuk kembali memandu kasih dengan laptop.
Entah, aku nggak pernah menyadari bahwa menjadi mahasiswa terasa selelah ini. Padahal aku pernah melewati lelah yang sama bahkan lebih di pendidikan diploma dulu. Tugas yang nggak selesai-selesai sampai jarang tidur dan makan, libur yang sedikit, dinas sambil kuliah, kehilangan masa muda, lelah namun aku menikmatinya. Namun sekarang ini, aku merasa sangat kewalahan. 
Dalam sistem perkuliahan di fakultas keperawatan Unair, mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Untuk semester dua ini, kami dibagi menjadi kelompok baru. Dan aku berkesempatan untuk bergabung dengan tujuh orang-orang hebat, 1) Bu Ria, seorang CI yang berpengalaman dalam perawatan intensive care pada anak, 2) Mbak Fitri, lulusan terbaik di Poltekkesnya, 3) Hidayat, mahasiswa dengan intelektual yang perlu dikagumi, 4) Pak Salim, seorang perawat yang berpengalaman pada perawatan penyakit dalam, 5) Mbak Ika, perawat poli di rumah sakit ternama di Gresik, 6) Mbak Kumala, perempuan cerdas, dan 7) Mbak Donna, mahasiswa yang paling bersemangat. Aku menyebut mereka sebagai mahadewa. Dan kami menyebut kami sebagai Mahadewa Hits. Berada dantara mereka membuat aku sedikit kewalahan. Mahasiswa pelupa seperti aku membuat aku kadang merasa nggak pantas berada diantara orang hebat seperti mereka. Aku merasa terlalu kecil diantara mereka. Bahkan nggak jarang aku ngerasa rendah diri. Tapi aku percaya, Tuhan punya alasan karena telah menggabungkanku dengan mereka.

Lagi ngejus bareng sama arek-arek mahadewa hits di Jumbo Juice (recomended!).
Selain itu, dua bulan belakangan ini aku merasa kurang produktif. Nggak nulis, nggak jogging, dan lebih banyak tidur. Hal ini membuat aku ngerasa kopingku mulai nggak adaptif. Emosiku mulai nggak stabil, kadang senang banget, kadang biasa aja, kadang marah-marah sendiri, dan kadang pengen nangis sendiri. Andai aku bisa ngerokok, mungkin aku bakal ngerokok. Tapi yang bisa aku lakukan hanya lah nangis, berjalan tanpa arah, minum soda, makan ice cream, dan membayangkan keluargaku.
Stressor datang secara bertubi-tubi tanpa henti. Nggak jarang aku merasa ingin menyerah saja. Namun kemudian aku menoleh ke belakang, melihat diriku sendiri yang dahulu begitu ambisius untuk sukses. Lalu aku mengingat ibuku, orang yang akan melakukan apa saja untuk membahagiakan anaknya. Dan aku hanya bisa berkata dalam hati, jangan kecewakan keluargamu.
Memang dalam hidup kita akan menghadapi pasang surut kehidupan. Kadang senang, kadang sedih, kadang kecewa, kadang bangga, dan kadang iri dengan hidup orang lain. Tapi apa pun yang kamu hadapi, hadapilah dengan penuh keyakinan. Ingat lah kedua orang tuamu, sahabat-sahabatmu, serta orang-orang yang selalu mendukungmu dan selalu menanti kesuksesanmu. Ingat lah mereka yang sangat ingin untuk kamu bahagiakan. Jika saat ini kamu belum bisa membahagiakan mereka semua, maka berusahalah untuk tidak membuat mereka kecewa. Percaya lah, ini hanyalah sebuah fase yang harus kamu lewati dan akan kamu tertawakan nantinya.
Quote of the day: Jika belum bisa membahagiakan, setidaknya jangan mengecewakan.

Comments