Playback 2021

Saya tau, 2022 sudah berjalan lebih dari 40 hari dan tidak terlalu baik untuk mengungkit-ungkit masa lalu. Tapi izinkan saya menyelesaikan tulisan yang sudah saya tata sejak Desember lalu, sebelum 2021 tertinggal terlalu jauh lagi.

Setiap cerita, ada masanya. Dan bagi saya, 2021 itu masa saya untuk berdamai dengan diri sendiri. Tidak banyak hal istimewa yang terjadi di tahun ini karena pandemi yang masih beredar, tapi saya ingin mengenangnya dengan baik melalui tulisan ini.

Saya mengawali 2021 dengan positif covid-19. Tepat di malam pertama tahun 2021, saya mulai merasakan gejala seperti batuk, tenggorokan gatal, dan tidak enak badan. Keesokan paginya, saya demam naik - turun. Akhirnya, saya izin kerja untuk melakukan swab antigen mandiri, dan hasilnya positif. Dua hari kemudian, saya di swab PCR ulang, dan hasilnya tetap sama. Alhasil, saya melakukan karantina di BPSDM Kaltim selama 10 hari. 

Di foto dari dalam kamar paling pojok di BPSDM

It was a hard time. Saya tau, banyak orang yang menderita penyakit ini tidak memiliki gejala, atau hanya memiliki gejala ringan. Tapi untuk saya yang seringkali mendapati pasien yang harus meninggal karena covid-19, rasanya sulit. Saya sering bertanya-tanya kepada Tuhan, kenapa harus saya? Dan saya hanya bisa meyakinkan diri bahwa Tuhan pasti punya alasan baik kenapa kamu yang terpilih.

Namun, setelah menjalani karantina selama beberapa hari, saya pikir ini bukan hal yang buruk. Saya bisa puas beristirahat, tidur tanpa batas, memiliki teman baru dan bisa mencoba berbagai makanan dengan cuma-cuma. Dan saya sangat bersyukur saya bisa berjuang melawan covid-19 ini.

Bulan ke empat di tahun 2021, saya keracunan sepeda. Ya, semenjak pandemi, bersepeda kembali menjadi trend. Berbekal gowes sekali, dengan di sponsori oleh sepeda teman-teman saya yang bersedia untuk ditebengi, saya jadi ketagihan. Kejadian ini berakhir dengan sebuah sepeda polygon yang kini terparkir cantik dibelakang rumah hasil dari jajan iseng di Aneka Sepeda. Bagaimana kondisi sepeda saya saat ini? Alhamdulillah masih mulus, meski sekarang suka bunyi kalau lagi di rem. 

Gowes bareng kak Yusi di Bandara Temindung

Saya tidak tahu harus menyesal atau tidak karena telah membeli sepeda ini, tapi saya ingin berpesan teruntuk kepada saya di masa depan, jangan gegabah kalau sedang menginginkan sesuatu, ingat perjalananmu buat punya mini cooper masih jauh.

Btw, tahun ini adalah tahun kedua kita melewati Ramadhan di masa pandemi. Masih segar di ingatan ketika saya melewati Ramadhan tahun lalu bersama teman-teman di Rumah Singgah, sahur digedor-gedor kak Mail, masak bersama untuk menyiapkan santapan untuk berbuka, ramai sekali rasanya. Di tahun ini, saya masih melalui Ramadhan bersama rekan kerja saya, tapi kali ini kami melewatinya di Grand Victoria Hotel. Saya biasanya sahur bareng kak Septi, terus buka puasanya random, kadang di ruangan pas lagi jaga, kadang bareng teman, tapi seringnya sih sendirian di kamar. But I'll miss this moment.

Buka bareng teman-teman di Ruang Flamboyan

Salah satu target tahunan saya semenjak bekerja adalah pergi berpetualang. Tahun ini, saya memilih Lombok sebagai destinasi petualangan saya. It was fun, walau lebih banyak rebahannya daripada explore-nya. Staycation di Makelele Domes, bersepeda di Gili Trawangan, staycation lagi di Qunci Villas, dan berakhir dengan nongkrong gaul di Mataram. Walau saya sebal karena tidak banyak jalan-jalannya, tapi setidaknya saya jadi punya alasan untuk kembali. Sembalun, tunggu aku.

View dari Makalele Domes

Enam bulan setelah saya terkonfirmasi positif, kakak, keponakan, dan ibu saya ikut-ikutan terkonfirmasi positif. Menjengkelkan sekali rasanya, ketika saya positif, saya harus keluar rumah. Kini ketika mereka yang positif, masih saya juga yang harus keluar rumah.  Tapi alhamdulillah, keluarga saya baik-baik saja. Tidak ada yang bergejala berat, kecuali keponakan saya yang setelah positif makin sering minta ke mallnya.

Waktu keluarga positif, saya ngungsi ke Rumah Matahari, dan ini view dari kamar saya.

Ohya, tahun ini saya melalui operasi pertama saya dengan anestesi umum. Saya menjalani odontektomi karena sakit gigi yang sudah tak tertahankan lagi. Saya melalui perawatan sendirian di rumah sakit, dan saya menyadari bahwa ternyata rasanya sedih ketika kamu tidak memiliki seseorang di sisimu. Tapi aku merasa sangat beruntung karena dikelilingi oleh orang-orang baik. Kak Ayu yang bawain sate buat sahur, mas Gandi dan Adam yang tiba-tiba muncul ketika saya baru saja sadar dan nggak bisa ngapa-ngapain. Selama ini saya pikir saya bisa melakukan semua hal sendiri, tapi ternyata, I'm still a social person

Biasa infus orang, tiba-tiba di infus.

Saya mencoba beberapa hal baru di tahun 2021, salah satunya belajar jualan. Berkat rasa iba kak Septi yang merasa kasian karena banyak sekali seller saturasi di Samarinda yang menaikan harga saturasi dengan harga yang nggak masuk akal, saya jadi ikut-ikutan termotivasi untuk menjual saturasi dengan harga yang lebih manusiawi. Saya pun akhirnya belajar untuk jualan. Saya menyediakan masker, saturasi, dan termometer. Semuanya saya pikirkan dengan matang, harga jual, packaging, foto produk. Tapi ternyata setelah beberapa minggu berjalan, saya merasa itu bukan passion saya. Seneng sih kalau ada orderan, tapi ternyata capek. Belum packing-nya, belum bikin invoice-nya, belum antar barangnya, belum lagi ada yang order tapi nggak bayar-bayar. Saya salut sih sama orang-orang yang komit buat jualan sambil kerja, kalian keren. Tapi, saya juga tetap keren.

Menjelang akhir tahun, kasus covid-19 semakin melandai. Samarinda kembali manjadi zona hijau. Dan saya dimutasi ke zona hijau. Awalnya sempat kesal dan sedih karena harus pergi di tempat yang sudah menjadi zona nyaman saya. Tapi kemudian saya sadar, saya nggak akan berkembang dan saya nggak akan bisa belajar banyak jika saya terus-menerus berjalan di tempat. Seperti sebuah kutipan yang saya temukan di pinterest, great things never comes from comfort zone.  

Ciwi-ciwi zona merah, sebelum bubar di zona hijau masing-masing

Tahun ini berlalu dengan cepat dan hebat. Tapi kuharap, tahun depan akan menjadi tahun yang lebih luar biasa. Semoga apa yang kita harapkan selama ini bisa terwujud, tentu dengan bekerja keras, disertai campur tangan Tuhan.

Comments