Menikmati Keindahan Utara Pulau Lombok di Makalele Domes

Sejak saya kuliah di Surabaya beberapa tahun yang lalu, saya sudah sering mendengar tentang keindahan Pulau Lombok.  Dalam rangka membayar hutang liburan yang harusnya saya penuhi Januari lalu tapi malah saya isi dengan menemani keponakan yang dititipi ke saya untuk menunggu kelahiran adiknya, akhirnya saya bisa terbang ke Lombok selama 6 hari di bulan Juni ini, yey!

Salah satu hal yang saya siapkan dalam perjalanan saya ke Lombok adalah penginapan. Ya, penginapan adalah hal yang paling krusial buat saya. Karena selain menjadi tempat melepas penat, bagi saya penginapan bisa menjadi tempat yang seru dalam mendapatkan pengalaman yang berbeda. Dan penginapan pertama yang saya pilih sebagai tempat saya beristirahat sesampainya di Lombok adalah Makalele Domes.

Saya terbang dari Samarinda ke Surabaya selama 1,5 jam untuk transit, kemudian langsung berangkat lagi menuju Lombok selama 1 jam. Dari Bandara International Lombok Praya, saya dijemput seorang kawan naik motor dan berkendara sekitar 2 jam menuju hotel. Awalnya saya mengira Makalele Domes ini terletak di sekitaran Senggigi, Lombok Barat. Karena saat saya melakukan pencarian di Traveloka, penginapan ini dikatakan berada di Senggigi. Tapi anehnya, saat kami mulai berkendara menuju penginapan, maps menunjukkan penginapan ini berlokasi di Pamenang, Lombok Utara. Baiklah, karena sudah kepalang tanggung, penginapan sudah dibayar, meski pantat sudah panas karena kelamaan di jalan, kami tetap melanjutkan perjalanan.

Ada cerita lucu dalam perjalanan kami menuju hotel. Matahari sudah tenggelam saat kami sudah berada dekat di titik lokasi, lingkungan di sekitar gelap, minim penerangan. Penginapan terlihat di atas bukit, tapi kami tidak menemukan gerbang menuju kesana. Kami sempat kebingungan. Kemudian kami melihat sebuah gerbang kecil dengan tulisan “Mentigi Domes” yang ditutup oleh sebuah portal berwarna putih dan dikelilingi oleh dua anjing. Karena nggak ada jalan lain, kami pun mencoba memasukinya. Gerbang itu diikuti oleh jalanan kecil yang menanjak. Awalnya saya ikut duduk di belakang motor, tapi karena motornya nggak bisa naik, saya akhirnya turun jalan kaki mengikuti motor. Di tengah perjalanan, motor kawan saya tiba-tiba mundur, saya pikir motornya tetap nggak bisa naik karena tanjakan yang lumayan terjal, saya baru saja bersiap untuk bantu mendorong motor dari belakang ketika kawan saya berbisik, “Ada ular”. Saya menelan ludah, mata saya menyapu ke jalanan depan. Benar saja, ada ular sedang menyebrang jalan, tubuhnya sudah mengisi setengah jalan. Kami masih diam ketika sang ular akhirnya menarik tubuhnya dan bersembunyi di antara rerumputan. Kami pun kemudian memutuskan untuk tetap mengikuti jalan dengan posisi saya berlari di depan, sementara kawan saya mengikuti dengan motor dari belakang. Setelah berlari beberapa meter, akhirnya kami menemukan Makalele Domes. Legaaa!

Sesampainya di Makalele Domes, saya disambut oleh seorang staf dan pria bule yang belakangan saya tahu merupakan bos dari penginapan ini. Tiba dengan perut kosong, saya langsung memesan satu porsi sate, bersama jus semangka yang merupakan free welcome drink. Setelah itu, saya diantar ke kamar oleh staf. Tidak lupa, staf menawarkan diri untuk membawakan tas saya.

Makalele Domes terletak di bagian utara Pulau Lombok yang berseberangan dengan Gili Indah dan dikelilingi hutan lebat. Arsitekturnya dibuat khusus agar setiap kamar menghadap ke arah laut. Penginapan ini memiliki 2 tipe kamar yang dibangun di atas perbukitan. Tipe kamar yang pertama, tipe Dome, dibuat seperti kubah yang terdiri dari dua lantai, tersedia 3 buah kamar. Sementara tipe yang kedua, tipe Eclipse, ini  kamar yang saya tempati. Kamar ini menyerupai dome dengan satu lantai, dan hanya tersedia 1 kamar. Seluruh kamar berkapasitas untuk 4 orang tamu.

Sebelah kiri adalah kamar tipe dome | Sementara ruangan di kanan atas kamar adalah tipe Eclipse

Semua bangunan didesain dengan santorini style, termasuk kamar saya. Dinding kamar dan atapnya dicat warna putih, sementara lantainya dibuat semen ekspose. Beberapa furniture seperti rangka tempat tidur, meja, bahkan shower, dibuat dari semen. Dan tak ketinggalan, kamar ini juga dilengkapi dengan jendela luas yang menghadap ke arah laut. Designnya tampak sederhana, tapi memberikan kesan berbeda.

Warna dinding dan langit-langit didominasi dengan warna putih.
Pemandangan dari dalam kamar di pagi hari. Seru!
Wastafel dan tempat tisu yang dibuat dari semen.
Terdapat 3 ruangan di kamar yang saya tempati, yakni ruang tidur dengan 2 tempat tidur besar, kamar kecil, dan kamar mandi. Kamar mandinya dilengkapi dengan dua jenis shower, yakni hand shower, dan air terjun shower unik yang dibuat dari semen - I’ve never seen a shower like this before. Tapi ada satu hal yang aneh, kamar mandinya tidak memiliki pintu. Bisa saya bayangkan jika saya menginap disini bersama 3 orang teman, kemungkinan besar saya akan meminta mereka semua keluar kamar agar saya bisa mandi dengan tenang.
Tempat tidur yang sangat intagramable sekali.
Satu tempat tidur berbentuk persegi panjang, sementara satunya menyerupai setengah lingkaran.
Kamar mandi dengan dua jenis shower | Pintu menuju kamar kecil tertutup dan kamar mandi tanpa pintu.

Amenities penginapan ini terbatas, hanya ada AC, kipas angin, 4 buah handuk, tisu, tempat sampah, hanger, dan sebotol body wash. Tidak ada televisi, tidak ada sampo, dan tidak ada sikat gigi. Apesnya, ketika saya sampai di penginapan ini, saya dalam kondisi nggak membawa sikat gigi. Pasti disediakan di penginapan, pikir saya. Tapi ternyata, hari itu saya harus melewatkan sikat gigi karena mau beli pun terlalu jauh dari mini market.

Handuk dan hanger yang senada dengan warna selimut dan karpet.
Di depan kamar saya, ada teras yang cukup luas dengan beberapa kursi santai. Saat sarapan atau ingin bersantai, saya bisa nongkrong disini. Duduk, diam, sembari menikmati keindahan laut dan kapal yang sibuk berlalu-lalang, it’s amazing.

Tempat bersantai untuk nobar.
Sepasang sun lounger chair untuk tempat bersantai yang nyaman sambil menikmati keindahan laut dan Gili Indah
Bar stool yang cocok untuk menyantap sarapan.
Pemandangan dari teras di depan kamar.

Sarapan termasuk ke dalam pelayanan kamar. Sistemnya a la carte, ada 3 pilihan menu yang mayoritasnya merupakan western food dengan air putih. Tapi sayang, saat saya menginap hanya ada 1 pilihan menu yang ready, jadi saya tidak bisa memilih. But it’s okay, I like the food. Ngomong-ngomong, jika ingin merasakan sarapan dengan sensasi yang berbeda, kita bisa minta floating breakfast di kolam renang yang terletak di depan bar. Nah, kalau sudah kenyang dan bosan leyeh-leyeh, kita bisa sekalian nyebur di kolam ini!

Menu sarapan yang sangat western sekali, selain ini juga saya disuguhkan dengan buah-buahan loh.
Teh hangat sebagai pesanan tambahan menu sarapan pagi.

Biaya menginap satu malam di hotel ini cukup lumayan, sekitar 800 ribuan-an. Tapi untuk sebuah kamar dengan kapasitas 4 orang tamu, saya rasa hotel ini harganya cukup bersahabat, hanya sekitar 200 ribuan-an untuk satu orang. Saya rasa harga ini cukup worth it dengan pengalaman dan keindahan  alam yang bisa kita nikmati di sini.

Kesimpulannya, Makalele Domes memang salah satu hotel dengan pengalaman unik terbaik yang pernah saya inapi! Bagi saya pribadi, kelebihan Makalele Domes adalah lokasi dan arsitekturnya yang unik. Bayangkan, sejauh mata memandang, terdapat hamparan kehijauan dan laut luas. Kesederhanaan desain penginapan ini membuatnya menyatu dengan alam. Saya juga salut kepada stafnya yang begitu bersahabat dalam memberikan service yang baik, tas diantar ke kamar, makanan juga diantar ke teras kamar, bahkan untuk masalah parkir motor pun kami dilayani dengan baik. I had a great beginning of my vacation, at Makalele Domes!

Comments