Ramadhan Ala Anak Rantau

Sumber : http://cdn1-a.production.liputan6.static6.com/
This’s my first Ramadhan as an Anak Rantau in Surabaya. Jadi banyak lah banget hal-hal yang berbeda antara puasa di Surabaya dan di Samarinda. Dan hal ini yang ngebuat aku jadi kagok dan bahkan masih belum bisa beradaptasi sampai sekarang.

1. Berbuka dengan air mineral
Kalau di rumah, biasanya aku bakal berbuka dengan es sirup atau es teh. Maka disini aku berbuka dengan air mineral setiap hari. Ya, ketiadaan kulkas dan es ngebuat aku jadi nggak bisa bikin es-es an di kos. Mau beli pun, rasanya malas. Jadi air mineral pun rasanya udah Alhamdulillah.
2. Lumpia isi rebung
Kalau di rumah, lumpia panas adalah hal yang hampir setiap hari ada di meja makan saat berbuka. Honestly, dulu aku bukan orang yang suka lumpia, karena sejauh yang aku tau, lumpia kebanyakannya berisi sayur-sayuran, and you should that I hate vegetables. Tapi semenjak ada lumpia panas, aku bisa menerima kehadiran lumpia. Lumpia panas ini spesial, kulitnya garing dengan isi telur rebus, wartel, dsb. Belum lagi kalau dilumuri dengan bumbu sate, that’s my favorite, nggak ada duanya!
Tapi sayangnya, di Surabaya, meski pun sudah berjam-jam browsing, berjam-jam ngabuburit kesana-kemari, aku nggak nemuin orang yang jual lumpia panas satu pun. Yang ada hanya lumpia khas Semarang dengan isi rebung, yang baunya bikin aku kapok beli lumpia di Surabaya. Eh tapi kalau ada yang tau dimana orang yang jual lumpia panas di Surabaya, kabarin aku ya!
3. Pedagang tajil adalah hal langka
Kalau di Samarinda, kamu bakal sangat gampang nemuin penjual Takjil. Kalau di Surabaya, hmm agak gampang-gampang susah. Paling banter juga yang ada cuma pedagang jus atau es buah. Walau pun ada beberapa titik dimana ramai pedagang takjil, tapi tetep nggak semeriah di Samarinda.
4. Hampir tiap hari berbuka di jalan
Kuliah sampe sore-sore banget, kegiatan KKN yang kesorean, telat nyari takjil, ngebuat aku hampir setiap hari berbuka di jalan. Aku udah hampir kaya musafir yang tiap hari buka di jalan mulu.
5. Berbuka + sahur jadi satu
Berhubung kali ini aku tinggal di kos yang nggak ada satu orang pun yang mempunyai kewajiban untuk bangunin aku dan karena kesadaran diriku yang susah dibangunin sahur. Akhirnya aku memutuskan untuk sahur sebelum tidur malam. Namun, karena aku nggak bisa makan dua kali dalam 6 jam, maka aku putuskan untuk menggabungkan antara makan besar untuk berbuka dan sahur. Namun jangan khawatir, aku kuat meski cuma makan sekali sehari. Hehe.
Begitu lah caraku melewati 7 hari Ramadhan pertama di Surabaya ini. Semoga saja saya, keluarga, teman-teman dan kamu-semua-yang-juga-melaksanakan-ibadah-puasa dilancarkan hingga akhir Ramadhan nanti ya. Amiin.

Comments