Single is better!



Halo. This’s my 3rd post in this new blog. Sebelum lanjut baca, yuk kita bareng-bareng baca basmallah untuk berdoa semoga saja yang saya tuliskan disini tidak menyesatkan kalian. Hehe..
Kali ini saya berbicara tentang masalah pe-apa-ce-aca-er-ara-en atau yang biasa disebut pacaran. Siapa yang sekarang masih menganut prinsip pacaran? Berapa mantan yang sudah kalian kumpulin? Apa saja barang dari mantan yang kalian koleksi? Berapa dari mantan kalian yang suka selingkuh? Eh kok jadi kepo gini ya. Hehe. 



Saya pacaran sejak kelas 5 SD, iya bahkan sebelum saya menstruasi saya sudah mulai pacaran. Waktu teman-teman masih pada main layangan, main sepeda keliling kampung, main kaca-kacaan buat ngintip celana dalam teman, saya udah pacaran. Saat itu saya pacaran dengan seorang lelaki yang berbeda kelas dengan saya serta berbeda agama dengan saya, dia seorang laki-laki yang bisa disebut “lumayan”, dan dia sangat pintar menyanyi. Awalnya saya masih punya otak, masih bisa berpikir kalau saya ini masih kelas 5 SD dan belum waktunya buat pacaran. Tapi wajahnya, kata-katanya, rayuannya, dan suaranya membuat saya berkata “Ya” pada saat dia bertanya “Kamu mau nggak jadi pacarku?”. Kami pacaran hampir 3 bulan. Bagaimana cara kami berpacaran? Kami berpacaran dengan cara kejar-kejaran, sesekali makan bareng di kantin (baca: nggak pake pegangan tangan), sesekali pulang bareng, dan lirik-lirikan. Terus kenapa kami putus? Dia mutusin saya, karena dia jadian dengan teman sekelasnya. Kesimpulannya, pacar pertama saya saat saya kelas 5 SD sudah berhasil buat saya patah hati karena diselingkuhin.
Saat saya kelas 1 SMP, saya pacaran dengan kakak kelas saya. Kebetulan kami satu ekstrakulikuler, drum band. Kami pacaran selama 11 bulan. Dan selama 11 bulan, dia sudah selingkuh sebanyak 4 kali. Kemudian kami putus, dia yang mutusin saya karena dia sudah jadian dengan temannya sendiri. Dan saya akhirnya patah hati lagi.
Kelas 2 SMP, saya pacaran dengan siswa sekolah sebelah alias anak SMA. Kami pacaran selama 5 bulan. Dan dia adalah cowok pertama yang ke rumah murni untuk ngapel. Dia adalah orang yang sangat baik, tipe cowok setia. Tapi sayangnya, setelah beberapa bulan kami pacaran, saya merasa mati rasa, kemudian saya minta putus, dan kami pun akhirnya putus.
Waktu saya kelas 1 SMA, saya pacaran dengan teman yang saya kenal di facebook. Kami pacaran selama 7 bulan lamanya. Setelah 7 bulan, dia mutusin saya karena dia sudah jadian sama mantan adik kelasnya.
Beberapa bulan kemudian, saat saya kelas 2 SMA, saya pacaran dengan teman dunia maya saya sejak SMP. Saat itu kami pacaran selama 1 tahun 9 bulan. 7 bulan pertama, kami baik-baik saja, berpacaran layaknya dua orang yang saling jatuh cinta. 7 bulan kedua, dia mulai jarang menghubungi saya, dan dia bilang di jenuh, tapi saya tetap bertahan. 7 bulan berikutnya, kami tidak sedang baik-baik saja, tapi saya tetap bertahan. Sampai akhirnya saya mulai berpikir kalau cinta itu nggak harus memiliki. Sampai akhirnya saya mulai sadar kalau dia sudah nggak ingin bersama saya lagi namun saya yang selama ini terus-terusan menahannya. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk menyayanginya dengan cara merelakannya pergi mencari kebahagiaannya, bahkan sampai detik ini. Dan akhirnya kami pun putus. Dan saat itu juga saya kehilangan dua orang, teman dunia maya saya sejak SMP dan orang yang saya kasihi.
Beberapa bulan saya putus, saat itu saya tingkat 2 di kampus saya, saya pacaran dengan kakak tingkat saya (yang bukan sekampus dengan saya) alias anak kampus lain, kami pacaran selama 2 bulan. Kami putus karena dia jarang menghubungi saya. Dan beberapa hari setelah kami putus, dia pasang DP potonya dengan seorang wanita di photobox, kemungkinan besar pacar baru yang entah kapan jadiannya.
Setelah itu, masih sama di tingkat 2, saya pacaran dengan kakak tingkat saya. Kami berpacaran selama 2 atau 3 hari. Sebenarnya saya nggak mau ngakuin hubungan ini karena Cuma hitungan hari aja, tapi karena ini untuk sebuah palajaran hidup, mau nggak mau ya harus saya akui. Kita putus karena entah, dia yang mutusin via chat facebook, dia bilang kita nggak cocok. Dan waktu itu juga saya baru tau, kalau ternyata dia punya pacar lain di kampus Balikpapan.
Dan pacar yang terakhir. Saya pacaran dengan kakak tingkat saya (yang bukan sekampus dengan saya lagi) alias anak kampus lain. Kami berpacaran selama hampir 1 tahun. Dia orang yang sangat baik, perhatian, setia, dan apa adanya SAMPAI akhirnya saat kami sudah putus, saya baru tahu kalau selama ini dia juga punya pacar lain yang sekampus dengannya, dan kemungkinan besar selama ini saya hanya selingkuhan. Kami putus karena dia yang mutusin. Entah kenapa, tiba-tiba dia mutusin begitu saja padahal selama ini kalau saya minta putus, dia selalu ngancam bunuh diri.
Itulah 8 cerita pacar-pacaran saya dengan 8 laki-laki yang berbeda. Am I playgirl? No, I’m not. Saya setia kok. Diantara 8 laki-laki, cuma 4 laki-laki yang benar-benar sempat singgah di  hati ini, selebihnya cuma pelarian karena nggak bisa move on. Hehe. Jangan ditiru ya :p
Lah terus ngapain cerita ginian? Saya cuma pengen share pengalaman saya terkhusus kepada para wanita, para saudari-saudariku, Entah kalian merhatiin atau enggak, tapi berdasarkan pengalaman saya menghadapi 8 laki-laki yang berbeda, hanya terdapat 2 laki-laki yang nggak “nyeleweng”. Itu artinya dari pengalaman saya, hanya terdapat 2 laki-laki setia, dan 6 laki-laki lainnya adalah seorang pengkhianat. Bisa ditarik kesimpulan, rasio antara laki-laki setia banding laki-laki pengkhianat adalah 2:6 atau bisa diperkecil menjadi 1:3, yang artinya diantara laki-laki di dunia zaman sekarang lebih dikuasai oleh laki-laki pengkhianat daripada laki-laki setia. Entah ini kenyataan atau waktu itu saya cuma lagi sial aja, makanya dapat cowok yang begitu, tapi hal ini membuat saya yakin, laki-laki baik zaman sekarang yang mengajak seorang wanita berpacaran jumlahnya sangat-sangat sedikit.
Oke lupakan soal perhitungan, lupakan soal rasio, lupakan soal setia dan pengkhianat. Mari kita berbicara tentang kita (para wanita), dia (para lelaki), cinta dan Allah. Dulu waktu saya masih muda dan masih menganut prinsip pacaran, saya selalu berpikir kalau orang-orang yang melarang orang lain pacaran itu idiot. Masa bodoh soal dosa, masa bodoh soal mahram, selama pacaran di jalan yang sehat, selama pegangan tangan nggak bikin hamil, saya nggak peduli. Oke itu dulu, itu sebabnya saya bisa sampai ngoleksi 8 orang mantan. Setelah saya iseng-iseng baca baca buku dari kak @ahmadrifairifan dan buku dari kak @felixsiauw, serta blog dari kak @orirabowo saya tersadar bahwa pacaran itu bukan jalan yang halal untuk menyatukan hati seorang laki-laki dan perempuan. Saya nggak bermaksud untuk promosi buku atau blog dari orang-orang yang saya sebut di atas, saya cuma ingin bilang kalau beliau-beliau ini memiliki buku yang bagus untuk membuat kita kembali ke jalan yang benar. Doakan saja saya bisa mengikuti jejak beliau-beliau ini. Hehe..
Saya nggak mau panjang lebar menjelaskan tentang kenapa pacaran itu bukan jalan yang halal dan sebagainya, karena saya pun bukan ahli agama dan saya bukan orang yang punya hak untuk menggurui. Saya hanya ingin menularkan hidayah yang diberikan oleh-Nya kepada kalian para pembaca. Karena saya pun baru sekitar kurang lebih 3 bulan berhenti menganut prinsip pacaran, tapi Insya Allah prinsip ini akan saya pegang sampai akhir hayat. Amin…
Jadi….. jika seorang lelaki mencintaimu dengan tulus, dia akan mencintaimu karena Allah. Dia akan melindungimu dari segala dosa. Dia akan menjagamu dari segala jenis perzinahan, dari zina mata, zina hati, dan zina-zina yang lainnya. Jika dia benar-benar serius mencintaimu, minimal dia akan menyembunyikan cintanya darimu seolah-olah membiarkan hal ini hanya diketahui oleh-Nya dan dirinya sendiri, maksimal dia akan mendatangi orang tuamu untuk meng-khitbahmu.


Memang sih pacaran itu enak, kalau kesepian ada yang nemenin, kalau pengen ngobrol tinggal telpon, kalau lagi jalan ada yang gandeng, kalau dipalak preman ada yang belain, kalau lagi dingin ada yang ngangetin, eh. Tapi bukannya lebih enak bila semua itu dilakukan dengan pasangan “sah”-mu? Bukannya lebih enak bila semua itu dilakukan dengan orang yang halal denganmu? Bukannya lebih nyaman bila semua itu dilakukan atas izin-Nya? Yang perlu kamu lakukan hanyalah bersabar untuk menunggu pangeran sejatimu yang akan berkunjung ke rumahmu untuk mendatangi orang tuamu. Semoga saja yang masih berpacaran, bisa kembali ke jalan yang benar. Hehe..

Proud being single!

Tulisan saya di atas tidak bermaksud untuk menggurui, tidak bermaksud ingin dibilang jadi orang yang paling benar. Cerita di atas murni karena saya ingin berbagi pengalaman saya ke orang lain dengan harapan semoga saja cerita saya ini bisa diambil baiknya (kalau pun ada). Baiklah, kalau ada yang mau protes, kalau ada yang mau unjuk rasa, kalau ada yang mau cuhat, kalau ada yang mau ngasih duit, silakan komen di comment box di bawah, atau bisa langsung via Twitter di @dilafzy, atau bisa juga lewat line dengan ID ardilahsafitri. Terima kasih telah membaca. Keep in touch ya!

Comments

  1. Dila Apa kabar semoga Baik-baik aja,,sudah lama aku cari informasi tentang qm baru saat ini aku temukan,,teryata qm sehat,,tambah cantik,Lancar kuliahnya,dan sudah punya pcr baru di sana,,sehat selalu ya dila kk ikut senang bisa ngeliat qm lagi,,,salam dari mantan yang kalo mau di putusin ngancem bunuh diri hehehe

    ReplyDelete

Post a Comment